ULASAN akan menjadi menarik seandainya benar benar akan terjadi tanding ulang antara Ipong melawan Sugiri dalam Pilkada Ponorogo tahun 2020. Melihat opini yang berkembang dan melihat dinamika yang ada di masyarakat sangat dimungkinkan akan terjadi head to head antara Ipong vs Sugiri dalam kontestasi kali ini.
Pergerakan dari masing masing pendukung sudah mulai nampak mulai dari pemasangan baliho untuk sosialisasi perang opini di media dan sebagainya. Pertanyaan yang muncul adalah: siapa yang akan diuntungkan dalam kontestasi Pilkada tahun ini?
Dalam ulasan ini, terkait rekom syarat pendaftaran yang masih debatable untuk sementara dikesampingkan, diasumsikan bahwa keduanya sudah mendapat rekom. Demikian juga masalah calon wakil belum dimasukkan perhitungan karena Incumbent belum pasti siapa wakil-nya. Sementara, Sugiri sudah jelas wakilnya yaitu, Lisdyarita sehingga untuk wakil sementara belum bisa di analisa apple to apple.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dengan menggunakan analisa SWOT yaitu dengan melihat kekuatan, kelemahan, kendala dan peluang dari masing masing calon, minimal akan dapat terpotret peluang dari masing masing calon.
Dari sisi Petahana keunggulannya adalah mempunyai sumber daya yang besar dan itu sangat wajar, karena memang sudah menjadi Bupati selama satu periode. Tentu dari sisi popularitas pasti sudah dikenal namanya oleh masyarakat luas, mesin politik tentu sudah disiapkan jauh jauh hari, politik anggaran dan anggaran politik tentu saja incumbent sudah punya investasi politik.
Kelemahan Petahana
Incumbent tentunya sekaligus mempunyai tantangan yang tidak ringan. Pasti kinerja pemerintahannya yang hampir 5 tahun ini menjadi pertaruhan dalam menghadapi Pilkada ini. Terutama, kebijakan yang tidak populis dan menimbulkan pro kontra dimasyarakat seperti hiruk pikuk urusan relokasi pasar, pembangunan pagar disepanjang barat pasar legi dan kebijakan yang tidak populis lainnya kadang bisa menjadi persoalan tersendiri dalam sebuah kontestasi Pilkada.
Dalam studi kasus pelaksanaan Pilkada sumber daya yang kuat dari Incumbent terkadang menjadi tidak berdaya jika kinerja pemerintahannya diapresiasi negatif oleh masyarakat.
Dalam teory survey yang perlu diukur pertama dari petahana adalah tingkat kepuasan masyarakat terhadap kepemimpinannya. Minimal tingkat kepuasan adalah 60 persen. Jika angkanya kurang dari 60 persen secara teori akan mudah dikalahkan karena posisinya sebagai incumbent.
Kalau lebih dari 70 persen juga akan sulit dikalahkan. Kendala lain yang dihadapi seorang incumbent adalah situasi dimana sudah menjadi kebiasan jika pelaksanaan Pilkada sudah dekat biasanya memory publik akan mengingat kembali janji – janji, program kerja, slogan slogan yang disampaikan kepada masyarakat pada saat kampanye dulu.
Sebagai contoh: misalnya janji pemberian dana pembangunan desa Rp300 juta perdesa pertahun sudah terpenuhi atau belum?. Terkait kontrak politik yang pernah dibuat yang dituangkan dalam perjanjian bermaterai Rp6.000 yang pernah ditanda tangani incumbent sebagai calon Bupati saat itu dan perwakilan masyarakat hampir di seluruh desa di Ponorogo apakah sudah terealisasi apa belum?. Belum lagi terkait Slogan Emoh Korupsi Emoh Ngapusi sebagai jargon yg menarik simpati masa pada waktu itu.
Boleh jadi masyarakat akan mengingat kembali tentunya masyarakat akan menilai dan mengaitkan dengan pelaksanaan program proyek Pemerintah Daerah. Apakah pelaksanaannya sudah dilaksanakan dengan prosedur yang benar atau belum? Transparan apa tidak? Tentu masih banyak program yang menjadi penilaian dan perbincangan masyarakat.
Tentang Bantuan siswa miskin, bantuan baju batik untuk murid sekolah dari Pemerintah Kabupaten Ponorogo sudahkah dilaksanakan dengan baik sesuai aturan apa belum? Sudah wajar dan lumrah bila masyarakat memberikan penilaian karena Incumbent sudah memerintah hampir satu periode.
Dari sisi Penantang
Munculnya figure Sugiri Sancoko jilid 2 ini cukup menghentak publik. Di tengah merebaknya isu wacana dan opini yang berkembang terkait Pilkada Ponorogo akan diikuti calon tunggal yaitu petahana. Secara mengejutkan tampil Sugiri Sancoko yang menjadi Antitesa dari Petahana.
Tampil sebagai simbol perlawanan bagi masyarakat yang tidak puas terhadap kinerja Petahana. Dalam teory politik, orang yang tidak puas terhadap petahana cenderung tidak memilih Incumbent. Tetapi akan punya kecenderungan untuk memberikan suaranya kepada calon lain pada saat coblosan. Inilah mungkin termasuk salah satu kelebihan sang penantang tidak bisa dipandang dengan sebelah mata.
Masa aksi dan mobilitas yang tinggi dari pendukungnya akan menjadi bola salju yang makin hari makin kuat, menjadi magnet dan idola baru di tengah tengah masyarakat.
Kelemahan Penantang
Jadwal waktu yang mepet terkait tahapan Pilkada menjadi kelemahan Penantang untuk sosialisasi dalam rangka meningkatkan popularitas dan elektabilitas. Kendala yang dihadapi mungkin juga karena dalam suasana pandemi Covid-19 tentu ada kendala untuk sosialisasi yang menjangkau 307 desa dan Kecamatan. Tentu perlu kerja keras dari seluruh elemen tim pemenangan Sugiri Sancoko untuk memenangkan jagonya.
Kontestasi baru akan dimulai. Terlalu prematur untuk menilai siapa yang lebih berpeluang, karena politik itu sangat dinamis. Saat ini pun tahapannya baru mencari tiket syarat pendaftaran.
So jangan terlalu tegang santuy saja. Saya kira itu saja ulasan tentang Pilkada kali ini, mudah mudahan bermanfaat, saling belajar politik dan berdemokrasi.
Mohon maaf atas segala kekurangan dalam penulisan dan mohon koreksinya. Ini hanya ulasan umum yang masih jauh dari sempurna belum memperhitungkan variabel variabel yang mempengaruhi anggap saja ini perkiraan, prediksi atau apa sajalah namanya yang jelas manusia tempatnya kesalahan, kebenaran dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Kekuasaan juga demikian adanya semua pasti sudah ada dalam genggaman suratan takdir Allah SWT. Yang terpenting tingkatkan Istighfar, Sholawat Nabi, tingkatkan kualitas ibadah, rasa syukur dan silaturami kita.
Percayalah pada saatnya nanti Allah SWT pasti akan menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin kita. Jadi Bupati kita
Terakhir mari kita ciptakan Pilkada di Bumi Reog yang sama sama kita cintai ini dalam suasana yang sejuk dan gembira.
Lereng Wilis akhir Agustus 2020
Oleh: Agus Darmawan (Mantan Anggota DPRD Kabupaten Ponorogo, Desa Pulung, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo)
(Nurcholis)