BERITA BANTEN – Pusat Studi Kelembagaan Desa (Puslamdes) Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik (STISIP) Banten Raya, Pandeglang, kembali mengelar Seminar Nasional bertajuk “Menggagas Ekonomi Perdesaan” pada Kamis 25 November 2021 secara daring.
Seminar Nasional ini dibuka langsung Ketua STISIP Banten Raya, Dr. Nasir, SP, MP dan Kepala Pusat Studi Kelembagaan Desa STISIP Banten Raya, Jaka Permana, SAP, MAP.
Dalam sambutannya, Ketua STISIP Banten Raya, Dr. Nasir MP menyampaikan bahwa seminar nasional ini bertujuan untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat Desa.
Sehingga, kata Dr, Nasir, melalui seminar nasional ini kita bisa mendapatkan masukan dari berbagai narasumber yang berpengalaman guna mencari potensi ekonomi Desa.
Narasumber dalam seminar ini, Dr. Oktiva Anggraini, SIP, M.Si selalu Kepala LPPM Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta.
Dr. Oktiva Anggraini menilai peran strategis perguruan tinggi dalam menggagas ekonomi perdesaan sangat penting. Perguruan tinggi harus proaktif dan mengambil ruang sebagai pilar utama membangkitkan potensi ekonomi perdesaan di Indonesia.
“Artinya, peran perguruan tinggi harus mampu mengenali berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat Desa dan kemudian bersama-sama secara partisipatif mencari solusi permasalahan sesuai dengan karakter Desa masing-masing,” terangnya.
Termasuk, sambung Dr. Oktiva ikut merumuskan berbagai permasalahan yang ada di tingkatan perdesaan, hingga kemudian mendorong pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan.
“Sehingga, dengan demikian perguruan tinggi dapat berkolaborasi dengan desa sebagai laboratorium sosial guna menopang Tri Dharma perguruan tinggi seperti penelitian dan pengabdian masyarakat,” tandasnya.
Pemateri terakhir, dalam Seminar Nasional kali ini akan menampilkan para akademisi dan dosen untuk menyumbangkan pemikirannya dalam “Menggagas Ekonomi Pedesaan”.
Sementara, Ludiro Madu, SIP, MSI dari jurusan Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta (UPNVY) menyebutkan bahwa penguatan digitalisasi dan sistem informasi di level perdesaan menjadi hal penting.
Pasalnya, era revolusi industri 4.0 dan big data membuat penguatan sistem informasi dan digitalisasi di perdesaan menjadi kunci utama pengembangan ekonomi desa.
Langkah yang paling bisa dilakukan dengan sesegera mungkin bagi desa adalah membangun sumber informasi melalui media sosial maupun website.
“Dengan tersedianya informasi tentang desa yang terintegrasi, tentu akan membuat potensi desa dapat berdaya saing di kancah internasional,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Dr. Asep Muslim, M.Si, MA selaku Wakil I Bidang Akademik STISIP Banten Raya. Dr. Asep Muslim, menjelaskan bahwa pengembangan ekonomi perdesaan di wilayah Kabupaten Pandeglang membutuhkan kolaborasi antar stakeholder.
“Tidak hanya peran Pemerintah Daerah, tetapi peran simpul masyarakat sipil seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (NGO) menjadi hal penting untuk diajak berkolaborasi menggali potensi yang ada di Pandeglang,” ucapnya.
Pemateri terakhir berasal dari desa wisata Beji Patuk, Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta, Sukriyanto selaku Ketua Desa Wisata Beji Patuk, memaparkan pengalamannya dalam membangun Desa pelosok di Gunungkidul yang kemudian diubah menjadi konsep desa wisata berbasis kearifan lokal.
Sukriyanto menilai dibutuhkan sosok pioner yang bisa mengerakkan masyarakat desa agar mau ikut berkontribusi membangun desa termasuk dalam pemberdayaan masyarakat perdesaan.
“Pioner ini bisa didorong dari para pemuda desa yang masih memiliki semangat juang yang tinggi, sebab dalam membangun potensi desa wisata sangat dibutuhkan waktu dan perjuangan yang keras,” pungkasnya. (Indra)