Harga Cabai Melonjak, Kementan RI Pasti Bergerak

- Jurnalis

Selasa, 21 Juni 2022 - 16:22 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto: Perkebunan Cabai

Foto: Perkebunan Cabai

BERITA JAKARTA – Melonjaknya harga cabai sejak awal Juni lebih disebabkan oleh produktivitas pertanaman yang menurun sebagai dampak cuaca ekstrim dengan intensitas curah hujan yang masih tinggi di sepanjang tahun sejak bulan Oktober 2021 hingga Juni 2022.

Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), curah hujan pada periode April – Mei 2022 cenderung lebih tinggi dibandingkan periode April-Mei 2021.

Hal ini secara tidak langsung menyebabkan peningkatan serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Phytophthora penyebab penyakit busuk daun pada cabai dan penyakit antraknosa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Namun, bukan berarti tidak ada produksi, hanya saja terdapat penurunan luas tambah tanam maupun terdapat kerusakan tanaman akibat kondisi cuaca yang ekstrem.

Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto memaparkan, berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, serangan OPT pada bulan Mei 2022 terbanyak adalah Antraknosa seluas 851,72 Ha, Phytophthora seluas 204,87 ha dan layu Fusarium seluas 64,35 Ha.

Serangan antraknosa yang masif juga membuat kualitas buah menurun. Kehilangan hasil yang diakibatkan oleh Antraknosa berkisar antara 20 – 90 persen (Sumber: Info Teknologi Litbang Kementan 11 Juli 2016), sehingga mendorong petani untuk memanen buah sebelum waktunya. Hal ini berdampak pada ketersediaan cabai di pasar khususnya yang berwarna merah berkurang.

Baca Juga :  Alvin Lim Laporkan Brigjen Wisnu Hermawan Atas Dugaan Kaburnya Bos Investasi

Sesuai dengan arahan Mentan Syahrul Yasin Limpo agar Kementan menjamin ketersediaan komoditas pangan strategis, pria yang akrab disapa Anton ini selalu menggerakkan seluruh jajarannya untuk memonitor kondisi pertanaman cabai di lapangan dan melakukan upaya-upaya untuk meredam gejolak harga agar tidak berkepanjangan.

“Ditjen Hortikultura sudah menyiapkan langkah-langkah strategis untuk mengatasi gejolak harga cabai ini serta mengamankan pasokan cabai nasional. Sejak tahun 2020, Pemerintah sudah menyiapkan Early Warning Sistem (EWS) untuk mengantisipasi kerawanan produksi,” papar Anton.

Pemerintah juga, sambung Anton, menyediakan bantuan saprodi dan benih untuk pengembangan kawasan dengan fokus pada daerah pengembangan atau defisit melalui program Kampung Hortikultura.

“Selain itu, Pemerintah juga memberikan bantuan biaya distribusi  dari daerah surplus ke daerah defisit  saat terjadi gejolak harga,” imbuhnya.

Terkait kondisi cuaca ekstrem yang menyebabkan rusaknya pertanaman cabai di beberapa wilayah, Anton pun menegaskan bahwa jajarannya telah berupaya untuk melakukan langkah preventif untuk mengatasi serangan OPT yang menyerang tanaman cabai.

“Setiap tahun, Ditjen Hortikultura selalu mengadakan bimtek budidaya cabai ramah lingkungan yang kita laksanakan di seluruh wilayah Indonesia, tentu saja tujuannya agar para petani kita bisa memelihara tanamannya agar lebih baik lagi,” jelasnya.

Baca Juga :  Terancam PHK Massal, Karyawan PT. Polo Ralph Lauren Indonesia Tolak Putusan MA

“Yang namanya kondisi cuaca itu berkah dari Tuhan, tentunya tidak bisa kita lawan. Oleh karena itu, kita harus berupaya untuk menjaga tanaman lebih baik lagi. Jika nutrisi tanaman tercukupi, pastinya tanaman akan lebih kuat dan tahan dari serangan hama penyakit,” tambah Anton.

Untuk mengatasi pertanaman yang sudah mengalami kerusakan, Pemerintah sudah menyiapkan gerakan pengendalian (gerdal) OPT cabai seluas 1.192 Ha.

Selain itu, Pemerintah juga sudah menyiapkan KUR horti atau cabai untuk modal awal budidaya dengan bunga ringan agar petani dapat memulai kembali kegiatan budidaya cabainya.

Agar masyarakat lebih mudah memperoleh cabai, Kementan juga sudah menyediakan Pasar Tani dan TTIC untuk mendekatkan produsen ke konsumen dan saat ini sedang disiapkan platform e-commercenya untuk pemasaran produk hortikultura secara online.

“Produk hortikultura yang tersedia di Pasar Tani dan TTIC ini kita ambil langsung dari para petani. Jadi tentu harganya bisa lebih murah dibandingkan di pasar eceran. Jangan ragu lagi, ayo Kita belanja kebutuhan pangan di Pasar Tani dan TTIC. Harga murah, kualitas tetap utama,” pungkas Anton. (Sofyan)

Berita Terkait

Menangkan Buronan, Karyawan PT. PRLI Minta 3 Hakim MA Diusut
Terancam PHK Massal, Karyawan PT. Polo Ralph Lauren Indonesia Tolak Putusan MA
Alvin Lim Laporkan Brigjen Wisnu Hermawan Atas Dugaan Kaburnya Bos Investasi
Nitizen Soroti Rumah Presiden PKS Saat Dikunjungi Anies Baswedan
Tak Profesional, Alvin Lim Laporkan Penyidik Dirtipideksus Mabes Polri
LQ Indonesia Law Firm Bakal Gelar Aksi Dengan Korban Net-89 dan Indosurya
Pengamat: Menanti Keputusan MK Ekstra Ordinary White Crime Kekuasaan
Masyarakat Gerbek Markas Judi di Semarang, Alvin Lim: Kemana Polisi?
Berita ini 1 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 23 April 2024 - 19:46 WIB

Tunggak Kontribusi, Pemkot Bekasi Ambil Alih Pengelolaan Pasar Pondok Gede

Minggu, 21 April 2024 - 17:53 WIB

Kong Mpe Ajak Masyarakat Kabupaten Bekasi Sukseskan MTQ Tingkat Provinsi Ke-38

Sabtu, 20 April 2024 - 13:44 WIB

Balon Walikota Bekasi Adi Bunardi Minta DPC PDIP Siapkan Panggung Debat

Sabtu, 20 April 2024 - 13:22 WIB

Jelang Pilkada, JNW: Sikap FKUB Kota Bekasi Beraroma Politis

Sabtu, 20 April 2024 - 12:40 WIB

Ade Kuswara Kunang Daftar Calon Bupati Bekasi Dari PDI Perjuangan

Jumat, 19 April 2024 - 14:48 WIB

Eskalasi Menguat, Pro dan Kontra Pj Bupati Bekasi Bermunculan

Kamis, 18 April 2024 - 20:49 WIB

Loyalitas Ketua DPC PDIP Kota Bekasi Tri Adhianto Terhadap Partai Disoal

Kamis, 18 April 2024 - 17:54 WIB

Bakal Calon Walikota Bekasi Adi Bunardi Sambangi Kantor IWO Kota Bekasi

Berita Terbaru

Aksi Karyawan PT. Polo Ralph Lauren Indonesia di Mahkamah Agung

Berita Utama

Menangkan Buronan, Karyawan PT. PRLI Minta 3 Hakim MA Diusut

Selasa, 23 Apr 2024 - 19:07 WIB