BERITA JAKARTA – Tidak adanya sambutan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden saat kunjungan Presiden Jokowi ke Amerika Serikat, menurut Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah menjelaskan tak perlu merisaukan, Kamis (12/5/2022).
Namun Teuku Faizasyah menyayangkan pihak-pihak yang justru lebih menyoroti hal-hal yang bersifat teknis protokoler ketimbang esensi dari pertemuan negara-negara ASEAN dengan Amerika Serikat.
Dia menegaskan bahwa kunjungan Presiden Jokowi ke AS ini adalah semi multirateral, sebab itu perlu dibedakan antara protokol penyambutan untuk pertemuan yang bersifat bilateral dan semi-multilateral.
Menanggapi hal tersebut, Koordinator Siaga 98, Hasanuddin mengatakan, kami dari simpul aktivis Siaga 98 berpendapat bahwa pernyataan juru bicara ini menarik oleh sebab beberapa hari sebelum keberangkatan Presiden Jokowi ke Washington ada pejabat yang bertemu dengan salah satu CEO besar Amerika Serikat.
“Kemudian dilanjut dengan adanya pernyataan bahwa Presiden Jokowi akan bertemu dengan Elon Musk (CEO Tesla Inc) di Amerika Serikat,” ungkap Hasanuddin, Jumat (13/5/2022) pagi.
Menurutnya jika mencermati penjelasan Jubir Teuku Faizasyah bahwa hal protokoler yang sifatnya teknis tidak dilakukan Pemerintah Amerika Serikat oleh sebab pertemuan yang bersifat semi-multilateral dan bukan bilateral.
Maka, sambung Hasanuddin, Jubir Kemenlu tersebut juga harus menjelaskan tekait pertemuan khusus Presiden dengan Elon Musk. Sementara agendanya adalah pertemuan dengan Para CEO perusahaan besar secara bersamaan.
“Sebab, substansi pertemuan KTT ASEAN-Amerika Serikat akhirnya menjadi ter-reduksi oleh pertemuan khusus yang sedang diupayakan pihak-pihak tertentu antara Presiden Jokowi dan Elon Musk,” tegas Hasanuddin.
Dia berharap Jubir Kemenlu dapat segera menyampaikan informasi dan saran kepada Presiden Jokowi untuk membatalkan pertemuan khusus tersebut, karena pertemuan ini dapat menciderai substansi sebagaimana dimaksud oleh Jubir Kemenlu, Teuku Faizasyah.
“Termasuk dari upaya diplomatik hubungan perdamaian, perekonomian dan Kawasan ASEAN-Amerika Serikat yang mendesak, khususnya terkait agenda KTT-G20 di Bali 15-16 November 2022, dimana Joe Biden, Presiden Amerika Serikat menentang kehadiran Presiden Vutin,” urainya.
Hassnuddin menegaskan, hal ini penting, sebagaimana disampaikan Presiden bahwa tujuan kenegaraan ke Washngton sebagai bentuk tanggungjawab menjadikan Indo-Pasifik sebagai kawasan damai yang stabil dan sejahtera.
“Hal ini hanya akan terwujud, jika Kemenlu RI dapat mengupayakan pertemuan khusus antara Presiden Jokowi dan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden dan bukan dengan Elon Musk, seorang pemimpin perusahaan,” sindir Koordinator Siaga 98 ini.
Untuk itu tambah dia, dibutuhkan penjelasan Kemenlu RI bahwa Presiden Jokowi tidak disambut pejabat AS, karena teknis sifatnya dapat diterima jika pertemuan Presiden Jokowi secara khusus dengan Presiden Joe Biden terjadi bukan dengan Elon Musk.
“Karena esensial kenegaraan akan ter-reduksi jika yang terjadi sebaliknya Presiden Jokowi secara khusus bertemu dengan salah seorang CEO perusahaan, Elon Musk semata, bukan Presiden AS, Joe Biden,” pungkasnya. (Sofyan)