BERITA BEKASI – Ketua RW 06, wilayah Jalan Raya Keranggan, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi, Jalil, geram dengan adanya pemberitaan berjudul “Proyek BMSDA Bikin Aktifitas Warga Jatisampurna Terganggu” di salah satu media.
Kepada Matafakta.com, Jalil mengatakan, teman-teman sebagai pewarta harusnya menyajikan pemberitaan yang mengedukasi, bukan mencari-cari kesalahan pihak ketiga selaku kontraktor yang sudah mengerjakan proyek pengecoran diwilayahnya di Jalan Raya Kranggan.
“Mana ada si pekerjaan pengecoran jalan yang tidak menganggu ya sabar aja. Namanya jalan lagi di cor?. Jangan ada istilah di cor salah, ngak di cor juga salah. Jangan begitu,” kata Jalil ketika dihubungi melalui telepon selularnya, Kamis (7/9/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Diakui Jalil, memang sempat terjadi kesalahfahaman, tapi bukan keributan antar warga melainkan ada salah satu oknum petugas yang membuka sekatan jalan yang belum waktunya dibuka, karena khwatir kekerasan corannya belum belum kering maksimal.
“Sedikit ada kesalahan teknis wajar. Harusnya dibuka pukul 07.00 WIB pagi ditargetkan sekatan sudah bisa dibuka untuk dilalui pengendara. Namun karena ada keterlambatan pengiriman barang akhirnya waktu pekerjaan mundur dan terpaksa dibuka pukul 10.00 WIB,” ujarnya.
Disini saat ini, sambung Jalil, sudah tidak ada masalah wajar kalau urusan atau pekerjaan yang berkaitan dengan kepentingan umum pasti sedikit banyaknya ada saja kendala masalah, tapi bukan berarti pekerjaannya buruk dan sebagainya yang terkesan amburadul.
“Namanya masyarakat umum berkaitan dengan orang banyak ya begitu. Mana ada si suatu kebijakan atau pekerjaan yang berkaitan dengan kepentingan umum itu bisa memuaskan semua pihak, tapi semua sudah kondusif disini. Jadi jangan terlalu dilebih-lebihkan,” sindir Jalil.
Jalil menambahkan, dalam persoalan ini tidak ada maksud lain terlebih dengan pihak ketiga kontraktor yang sudah mengerjakan untuk memperbaiki lingkungan dari proyek Pemerintah yakni, BMSDA Kota Bekasi dan sudah sesuai ketentuan, namun malah diganggu dan dirusak namanya.
“Kita lagi memperbiki lingkungan tolonglah jangan diganggu. Warga disini berterima kasih sudah mendapatkan perhatian dari Pemerintah. Cuma 12 meter yang dicor, lagian apa bae pake ditulis,” pungkasnya dengan logat betawi. (Dhendi)