Soal Santri, Pengamat: Budaya Digital Membuat Kita Kian Reaktif

- Jurnalis

Minggu, 19 September 2021 - 13:35 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

BERITA JAKARTA – Pro dan kontra terkait video yang merekam para santri menutup telinga saat musik terdengar masih terus berlanjut. Sebelumnya diketahui sejumlah santri itu sedang mengantri untuk mengikuti vaksinasi Covid-19.

Pengamat media sosial Institute for Digital Democracy (IDD) Bambang Arianto, turut memberikan komentar, menurutnya pro dan kontra ini kian membuktikan budaya digital telah membuat seseorang menjadi generasi reaktif.

“Kita belum tahu duduk persoalanya, tapi kita sudah langsung memvonis. Padahal yang mengunggah video pun belum tentu tahu maksud dan tujuan, mengapa para santri harus menutup telinga ketika musik terdengar,” kata Bambang kepada Matafakta.com, Minggu (19/9/2021).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Padahal, sambung Bambang, sebenarnya sangat wajar ketika seorang santri yang memang dituntut untuk memperbanyak hafalan kemudian harus menutup telinganya ketika ada suara lain yang menggangu. Apalagi dunia santri memang memiliki kultur yang berbeda dan tidak banyak diketahui oleh publik.

“Artinya, ini pilihan masing-masing. Jadi tidak usah lebay dan mudah menyebut seseorang dengan hal yang tidak pantas apalagi dengan sebutan radikal,” jelas Bambang menanggapi polemik santri tutup teliga ketika mendengar musik.

Menurut Bambang, fenomena pro dan kontra ini terjadi diakibatkan masyarakat kita masih gagap dalam menghadapi transformasi budaya dari yang konvensional menuju digital. Padahal, budaya digital tentu akan menciptakan sisi negatif juga seperti generasi yang berwatak reaktif.

“Sikap reaktif, akan membuat kita terdorong untuk cepat memvonis apa yang kita lihat tanpa kita mengetahui seluk beluk permasalahannya. Artinya, sikap reaktif ini akan membuat seseorang lebih cenderung mengedepankan emosi ketimbang rasionalitas,” ungkapnya.

Maka dari itu, lanjut Bambang, mengapa banyak video settingan atau prank yang kemudian banyak beredar luas dan juga viral.

Sebut saja, baru-baru ini ada video pasangan Gancet yang kemudian kita cepat mempercayai, padahal itukan konten prank atau settingan. Bahkan, banyak pula konten-konten yang memang dibuat untuk pengalihan isu atau istilahnya konten “umpan”.

“Jadi pesan saya kepada warganet Indonesia, ketika menerima konten media sosial cobalah bersabar untuk tidak cepat memvonis dan kedepankan langkah verifikasi,” pungkasnya. (Indra)

Berita Terkait

Setelah Pemilu 2024 Apakah Akan Banyak Caleg Yang Masuk Rumah Sakit Jiwa?
Didukung 7 RT, Ketua RW024 Perum VGH Sahid Sutomo Lanjut Genapi 5 Tahun
Pengawasan Model Kerjasama Komisi Yudisial, Kepolisian dan KPK
Wow…!!!, Setahun Penyidikan di Kejati DKI Belum Ada Tersangka Korupsi?
Pesta Narkoba, Kepala UPTD Pajak dan Retrebusi Kota Bekasi Diciduk Polisi
Sampai Bubar, Pemain Persipasi Kota Bekasi TC Lembang Belum Terima Transport
Pakar Hukum Dorong Kasus Bos Kalpataru Sawit Plantation Terapkan Pasal TPPU
HDCI Berikan Bantuan Korban Erupsi Gunung Semeru
Berita ini 7 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 14 Desember 2023 - 15:31 WIB

Setelah Pemilu 2024 Apakah Akan Banyak Caleg Yang Masuk Rumah Sakit Jiwa?

Senin, 9 Oktober 2023 - 16:10 WIB

Didukung 7 RT, Ketua RW024 Perum VGH Sahid Sutomo Lanjut Genapi 5 Tahun

Minggu, 6 Agustus 2023 - 13:49 WIB

Pengawasan Model Kerjasama Komisi Yudisial, Kepolisian dan KPK

Senin, 17 April 2023 - 21:30 WIB

Wow…!!!, Setahun Penyidikan di Kejati DKI Belum Ada Tersangka Korupsi?

Senin, 17 April 2023 - 15:13 WIB

Pesta Narkoba, Kepala UPTD Pajak dan Retrebusi Kota Bekasi Diciduk Polisi

Berita Terbaru

Foto: Saat Petugas Kepolisian Melakukan Olah TKP di Lokasi Kejadian di Depan Gedung PWI Bekasi Raya

Seputar Bekasi

Ini kata Terduga Pelaku Penganiaya Wartawan di Depan Gedung PWI Bekasi

Sabtu, 23 Nov 2024 - 14:49 WIB

Foto: Saat Investigasi ke Kantor PT. PSP Pemenang Proyek Rp950 Miliar Kejaksaan Agung

Berita Utama

Membongkar Dugaan Korupsi Alat Intelijen di Kejaksaan Agung

Jumat, 22 Nov 2024 - 22:49 WIB

Kejaksaan Negeri Blitar

Hukum

Kejari Blitar Terapkan Keadilan Restoratif

Jumat, 22 Nov 2024 - 21:04 WIB