Pilkada Kota Bekasi 2024 Herkos Laku Keras, Tri Adhianto Sepi Peminat

- Jurnalis

Sabtu, 16 Maret 2024 - 12:20 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto: Herry Koswara (Kiri) Bersama Tri Adhianto (Kanan)

Foto: Herry Koswara (Kiri) Bersama Tri Adhianto (Kanan)

BERITA BEKASI – Dengan perolehan suara di Kota Bekasi lebih dari 300 ribu dengan raihan 11 kursi membuat Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi satu-satunya partai politik yang bisa mengusung kandidat Walikota dan Wakil Walikota Bekasi di Pilkada 2024 tanpa harus berkoalisi.

Namun demikian, PKS Kota Bekasi masih tetap menginginkan berkoalisi dengan parpol lain agar kebijakan-kebijakannya nanti bisa dikawal dengan komposisi koalisinya di DPRD Kota Bekasi.

Jika kita melihat calon Walikota Bekasi yang punya peluang dan berstatus Ketua Partai di Kota Bekasi hanya Heri Koswara (Herkos) yang menjanjikan mulus sampai memiliki pasangan calon Wakil Walikota.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kepemimpinannya juga dianggap sukses di Pemilu 2024 dengan raihan 11 kursi DPRD tingkat Kota, 3 Anggota DPRD tingkat Provinsi dan 2 kursi DPR RI.

Fakta itu, membuat nilai bargaining PKS dan Heri Koswara tinggi dan diminati para kandidat calon Wakil Walikota untuk berasangan.

Kondisi Heri Koswara berbanding terbalik dengan Ketua DPC PDI Pperjuangan (PDIP) Kota Bekasi, Tri Adhianto yang dianggap gagal memimpin partai berkepala banteng tersebut di Kota Bekasi.

Tri yang tidak mencalonkan diri di Pemilu Legislatif 2024 tentu secara personal tidak punya ukuran berapa besar dukungan real masyarakat Kota Bekasi kepada dirinya.

Baca Juga :  Jaksa Jovi Dipecat, Pakar Hukum: Oknum Jaksa Terima Suap dan Narkoba?

Selain itu, sebagai Ketua Partai pemenang kedua pada Pemilu 2019, Tri tidak mampu memperjuangkan dan minimal mempertahankan Daerah Pemilihan (Dapil) menjadi 5 Dapil di Kota Bekasi dari sebelumnya 6 Dapil.

Kondisi ini jelas tidak menguntungkan bagi PDIP Kota Bekasi. Terbukti hasil Pemilu 2024 partai besutan Megawati Sukarnoputeri ini hanya meraih 9 kursi turun dari sebelumnya 12 kursi di Pemilu 2019.

Selain itu, Tri dianggap ‘kutu loncat’ yang sangat mudah berpindah pindah partai dan dengan mudah menghianati partai yang sudah memperjuangkannya seperti yang dialami Partai Amanat Nasional (PAN) Kota Bekasi.

Saat itu, di Pilkada 2019 Tri sebagai calon Wakil Walikota Bekasi dengan berbaju PAN berpasangan dengan Rahmat Effendi dari Partai Golkar.

Namun Tri baru beberapa bulan sudah hengkang dan memilih PDIP sebagai pelabuhan politiknya dan menjadi Ketua DPC PDIP Kota Bekasi.

Saat menjadi Plt Walikota Bekasi, Tri juga sangat sarat nuansa Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Sejumlah kasus korupsi pun terungkap dan praktik nepotisme dalam menempatkan kerabat dan keluarganya menjadi Kepala Dinas di Pemkot Bekasi.

Belum lagi kalau bicara soliditas di internal partainya sendiri, sosok Tri Adhianto masih dianggap ‘anak kos’ yang tidak punya militansi di partai berwarna merah itu.

Baca Juga :  Dugaan Proyek "Dagelan" Intelijen di Kejaksaan Agung

Beberapa elit di PDIP Kota Bekasi pun mulai meragukan Tri Adhianto untuk dapat pasangan jika diusung PDIP sebagai calon Walikota Bekasi.

“Siapa yang mau jadi Wakilnya. Ngak ada daya jual pada dirinya. Lah suara partai turun. Soliditas kader dan pengurus ngak ada. Jadi nilai bargaining Tri lemah di mata parpol lain,” ucap salah satu kader senior PDIP Kota Bekasi tanpa mau disebut namanya.

Parpol di luar PDIP mungkin akan berfikir ulang untuk mau berkoalisi di Pilkada Kota Bekasi 2024 jika yang diusung partai ini bukan Tri Adhianto.

Kondisi Tri mirip dengan Ketua DPD Partai Golkar Ade Puspitasari dalam kontek peluang di Pilkada Kota Bekasii 2024. Bedanya adalah Ade Puspitasari mampu memaksimalkan kembali raihan suara sehingga masih bisa duduk sebagai Anggota DPRD Jawa Barat dari hasi Pemilu 2024.

Hanya saja meski sudah mendapat surat tugas sebagai calon Walikota Bekasi 2024 dari Ketua Umum Golkar Airlangga. Namun realitas nya sangat sulit bagi Ade Puspitasari yang harus ‘jalan sendiri’ tanpa support maksimal dari sang ayah (Rahmat Effendi).

 

Pewarta: Dhendi

Berita Terkait

Membongkar Dugaan Korupsi Alat Intelijen di Kejaksaan Agung
Keterpilihan Pimpinan KPK Gambaran Buruk Independensi Penegakan Hukum
Publik Meragukan Proyek Intelijen Kejagung
Dugaan Proyek “Dagelan” Intelijen di Kejaksaan Agung
Modus Proyek PL, Celah Oknum Petinggi Kejagung Untuk Korupsi
Miris…!!!, Kantor Pemenang Tender Ratusan Miliar Kejagung Tak Punya Karyawan
Netralitas Pemerintah Pada Pilkada 2024 di Jawa Tengah
LQ: Jangan Jadikan Drs. Hijanto Fanardy Menjadi Pengemis Keadilan
Berita ini 1,001 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 22 November 2024 - 22:49 WIB

Membongkar Dugaan Korupsi Alat Intelijen di Kejaksaan Agung

Jumat, 22 November 2024 - 09:03 WIB

Keterpilihan Pimpinan KPK Gambaran Buruk Independensi Penegakan Hukum

Jumat, 22 November 2024 - 08:33 WIB

Publik Meragukan Proyek Intelijen Kejagung

Kamis, 21 November 2024 - 09:55 WIB

Dugaan Proyek “Dagelan” Intelijen di Kejaksaan Agung

Rabu, 20 November 2024 - 08:16 WIB

Modus Proyek PL, Celah Oknum Petinggi Kejagung Untuk Korupsi

Berita Terbaru

Foto: Saat Investigasi ke Kantor PT. PSP Pemenang Proyek Rp950 Miliar Kejaksaan Agung

Berita Utama

Membongkar Dugaan Korupsi Alat Intelijen di Kejaksaan Agung

Jumat, 22 Nov 2024 - 22:49 WIB

Kejaksaan Negeri Blitar

Hukum

Kejari Blitar Terapkan Keadilan Restoratif

Jumat, 22 Nov 2024 - 21:04 WIB