BERITA JAKARTA – Banyak yang mencibir apalagi menyalahkan pernyataan politisi asal PDI Perjuangan (PDIP), Bambang Wuryanto yang lebih dikenal dengan panggilan Bambang Pacul.
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (Laksamana), Samuel F Silaen pun, tidak paham dan ngerti betul, kenapa iya sampai di panggil Bambang Pacul.
“Kalau kata pacul itu sendiri adalah cangkul. Jadi mungkin saja erat kaitannya dengan pengalaman dan latarbelakang yang pernah singgah dalam kehidupannya,” kata Samuel kepada Matafakta.com, Selasa (4/4/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dikatakan Samuel, bila ada yang mencibir atau tidak senang dengan pernyataan dari Ketua Komisi III DPR RI itu, karena ketidak-tahuan (bukan bodoh). Mereka-mereka itu cerdas, makanya bisa memberikan komentar yang positif kepada masyarakat Indonesia.
“Agar mereka bisa melakukan bargaining politik, sejatinya orang yang meragukan kemampuan anggota Legislatif itu, karena menutup diri untuk tidak ingin tahu,” kata Samuel.
Bagi orang yang sudah pernah atau berkutat dilingkungan DPR RI Senayan, maka dengan sendirinya mereka-mereka yang merasa dirinya pinter tadi akan paham dan mengerti 100 persen permasalahan dan permainan elite politik Partai yang duduk di kursi Legislatif.
“Sesungguhnya, Prof. Mahfud MD tentu sudah tahu kendala yang dihadapi para anggota Legislatif. Sesungguhnya yang terjadi adalah pemimpin Partai politiklah yang mengendalikan diri para anggota Legislatifnya, tepat seperti yang diguyonkan Bambang Pacul. Ini menurut saya sebuah settingan yang tidak 100 persen bener,” tebak Silaen.
Dalam pandangan saya, banyak juga anggota Legislatif tidak menguasai permasalahan dan permainan yang sesungguhnya terjadi di DPR Senayan. Sebagian besar dikuasai anggota Legislatif, karena berkaca pada pengalaman dan latarbelakang dari aktivis Organisasi Kemasyarakatan Pemuda.
“Apakah itu sayap pemuda Partai atau bukan, akan lebih cepat menguasai lapangan dari pada sekedar hanya lulusan S3 dari luar Negeri,” ungkap aktivis Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) itu.
Jadi intinya Prof. Mahfud MD butuh (minta) dukungan dari rakyat Indonesia agar tidak diam saja jadi penonton setelah mengetahui permasalahan bangsa Indonesia yang carut- marut ini. Tanpa dukungan publik luas, maka apa yang sedang diperjuangkan Prof. Mahfud MD akan mentok dan menguap lagi tanpa bekas.
“Ini adalah momentum yang tepat dan sangat berharga untuk mendorong perbaikan Negara secara sistematis dan terstruktur yakni memperbaiki aturan dengan UU fondasi Keuangan Republik Indonesia,” pungkas Silaen. (Indra)