BERITA JAKARTA – Menyerang Istana dalam hal ini Presiden Joko Widodo (Jokowi), lebih empuk lewat mantu dan anaknya yang akan menjabat Walikota di Medan dan Solo secara bersamaan itu. Ini dianggap cara paling efektif menekan pendukung RI-1 dan kawan-kawan, karena kedua sosok yang dimaksud belum terbukti, bagaimana mau terbukti wong belum dilantik. Hehehe!.
“Belum juga dilantik, tapi sudah dipanas – panasi akan diusung maju Pilgub DKI Jakarta 2024, ini sama halnya pengen memancing ‘buaya’ keluar dari sarangnya. Ini tagline disalah satu program di TV nasional Susi cek ombak,” kata pengamat politik Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (Laksamana), Samuel F. Silaen kepada Matafakta.com, Minggu (14/2/2021).
Mungkin saja, sambung Silaen, sang Walikota Solo itu tak kepikiran atau belum sama sekali terbersit dibenaknya. Namun karena sudah dipancing dengan isu-isu yang vulgar jadi kepikiran deh. Gibran tentu saja, beda sama ayahnya Jokowi, sebab tak semua jalan hidup manusia sama meski hal itu, tak tertutup kemungkinan bisa saja sama, meski tak sama persis, tapi kalau disama-samakan maka akan cenderung riya dalam bahasa Arab,
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Isu Gibran sengaja dimainkan pasti punya tujuan tertentu guna menekan psikologis orang nomor satu dinegeri ini. Apa itu maksudnya ini masih sementara dugaan saja. Tentu itu semua masih bersifat dugaan elite politik untuk ‘mencuri’ panggung politik,” tutur Silaen.
Dikatakan Silaen, pertanyaan publik sederhana saja, apa iya Gibran akan benar- benar maju di Pilgub DKI Jakarta? Apa bila Gibran mau maju di Pilgub DKI Jakarta, siapa yang bisa bisa jamin dia akan terpilih sama seperti jejak sang ayahnya?,” tanya aktivis organisasi kepemudaan itu.
Sumbang saran buat Gibran, lebih baik dia fokus dan membuat warga Solo bahagia dan sejahtera dari sisi itu ada legacy maka dia akan punya modal kuat dan dukungan doa untuk menaklukkan Ibukota itupun belum ada jaminan dia bisa menang. DKI Jakarta kota yang heterogen. Yang penting ada ikhtiar sih, oke, good!,” imbuh Silaen.
Gibran jangan mau didorong – dorong untuk sesuatu yang belum saatnya. Istilah indah pada waktunya, Gibran harus pegang kalimat diatas agar tidak terkesan meremehkan atau sombong, tentunya sembari mempersiapkan diri untuk menaklukkan Ibukota Jakarta jika belum dipindahkan ke Kalimantan,” seloroh Silaen becanda.
Apabila sudah berprestasi, tambah Silaen, saat menjabat Walikota Solo maka dengan sendirinya dukungan rakyat itu akan datang mengalir pada waktunya. Bukan ajimumpung semata, itu akan membuat salah kaprah dan cenderung permisif yang merusak citra dirinya.
“Semoga Gibran tak mudah termakan bujuk rayu yang datang menghampirinya. Sebab jika salah langkah maka akan berdampak negatif pada karir politiknya dimasa yang akan datang. Kesempatan yang ada saat ini harus dilakukan sebaik mungkin untuk membuktikan bahwa Gibran mampu berprestasi, bukan karena semata-mata bayangan dari ayahnya,” pungkas Silaen. (Indra)