BERITA JAKARTA – Akhir-akhir ini Jokowi disebut oleh pengamat politik dan kalangan masyarakat melakukan manuver politik menjelang akhir masa jabatan beliau. Hal tersebut dikatakan, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (Laksamana), Samuel F Silaen, Senin (28/11/2022).
Lantas, sambung Silaen, apa yang menjadi penyebab kegalauan dan kegelisahan bagi Presiden Republik Indonesia (RI), H. Joko Widodo (Jokowi), hingga beliau turun gunung menyambangi relawan pendukung yang turut mengantarkan Jokowi ke kursi singgasana RI 1 (Presiden RI).
Sampai-sampai, kata Silaen, disinyalir Presiden Jokowi sedang galau berat, ini terpantau disetiap kata sambutannya, dibeberapa kesempatan panggung politik tanah air yang menitik beratkan soal jangan sampai salah pilih pemimpin yang di asosiasikan dengan calon Presiden di 2024 nanti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Tentunya hal tersebut, tidak berlebihan sebagai seorang pemimpin pemerintahan yang sedang getol-getolnya melakukan pembangunan dari pinggiran demi pemerataan pembangunan yang dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. Ini bukan pekerjaan mudah dalam waktu yang singkat,” tutur alumni Lemhanas pemuda 2009 itu.
Dikatakan Silaen, apa yang Presiden Jokowi kuatirkan itu cukup punya alasan kuat terkait dengan pengalaman riel-nya itu terjadi didepan mata beliau. Bagaimana DKI Jakarta dikelola mantan Gubernur yang sudah dideklarasikan sebagai Calon Presiden (Capres) 2024.
“DKI Jakarta dimana Presiden Jokowi pernah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta bersama wakilnya Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok,” ungkap aktivis Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) itu.
Ketika Jokowi-Ahok saat masih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta punya beberapa program prioritas untuk mengatasi banjir yakni normalisasi dan lain- lain, tidak dilanjutkan dengan alasan istilah naturalisasi. Inilah yang menjadi salah satu kekuatiran Jokowi.
“Istilah yang sangat politis Jokowi antitesis Capresnya Nasdem yang mengusung tagline perubahan alias restorasi. Disinilah Presiden Jokowi jadi tidak happy dengan Nasdem yang mendeklarasikan mantan Gubernur DKI Jakarta sebagai bakal Capres 2024,” jelas Silaen.
Berbagai indikator nyata tak sejalan dengan mantan Gubernur DKI Jakarta pasca Jokowi-Ahok itu yang banyak kalangan menilai Gubernur Anies Baswedan hanya pinter olah tata kata-katayang bombastis tapi tidak bisa kerja.
“Jadi tidak bisa dipungkiri inilah salah satu yang menjadi penyebab utama kenapa sang Presiden Jokowi galau diakhir masa periode masa jabatannya. Sebab Presiden Jokowi tidak mau pembangunan yang telah dia gagas dan kerjakan jadi mangkrak ketika penerusnya bukan figur yang segaris dengan visi misi Jokowi,” papar Silaen.
Apalagi, lanjut Silaen, keterpilihan Anies Baswedan menjadi Gubernur DKI Jakarta penuh dengan segala kontroversialnya. Sampai-sampai disematkan bapak politik identitas yang memakai politik “agama” sebagai cara untuk merebut kursi Gubernur DKI Jakarta.
Hal yang terjadi di Pemilukada DKI Jakarta kemungkinan besar akan terulang kembali dengan spektrum yang lebih luas dan masif. Ini jugalah yang dikuatirkan kembali membelah sosial masyarakat Indonesia di tahun politik yang sedang berjalan.
Dalam situasi yang tidak menentu bagi kelangsungan pembangunan yang digagas dan sedang berproses diberbagai penjuru Nusantara menjadi kegelisahan bagi Presiden Jokowi yang tidak mau pembangunan yang dia garap bisa berlanjut hingga memberikan pelayanan terbaik untuk seluruh rakyat Indonesia,” papar mantan fungsionaris DPP KNPI itu.
“Presiden Jokowi yang sudah baik dan penuh prestasi, jangan sampai didegradasi oleh kepentingan politik yang mengatasnamakan rakyat yang dibungkus baju relawan pendukung Jokowi. Jokowi harus dijaga marwahnya selaku Kepala Negara dan pemerintahan yang baik dan penuh kesederhanaan, untuk Indonesia lebih baik,” pungkas Silaen. (Indra)