BERITA JAKARTA – Ada kekuatan antara kubu AHY vs Moeldoko makin keliatan, buktinya gugat menggugat salah satu ciri-ciri bahwa pertempuran kedua kubu makin panas. Adu jurus dalam memenangi pertarungan politik dan opini publik sedang dimainkan kedua kubu yang sedang berseteru. Hal tersebut dikatakan, pengamat politik Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (Laksamana), Samuel F. Silaen.
“Konflik partai politik Demokrat ini mengarah kepada hal yang tak dapat dijangkau oleh akal sehat yang logis, misalnya, Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya akan santet dan ada juga akan kirimkan pasukan kebal dan sakti dan lain-lain. Untuk apa semua itu kira – kira, apakah ini bagian dari seword (gertakan) seperti mengarah kepada peperangan kontak fisik,” kata Silaen kepada Matafakta.com, Minggu (14/3/2021).
Dikatakan Silaen, adu kekuatan faksi politik tidak terelakkan dalam perebutan pucuk pimpinan partai Demokrat yang paling sah dan konstitusional pasca adanya rencana gerakan kader, pengurus, pendiri dan senior terendus hingga terjadinya KLB Deli Serdang- Sumatera Utara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sampai kapan kira – kira kisruh tersebut selesai, perseteruan dua kubu? yang saling ‘klaim’ dan tuding- menuding, Silaen, melihat dengan semakin melebarnya spektrum pertempuran, ini akan memakan waktu lama, karena sudah melibatkan dan meng-hire pihak – pihak yang dianggap penting dan dapat menambah amunisi kekuatan dikedua belah pihak, semakin masif dan terbuka.
“Adu taktik atau strategi dikedua belah kubu terlihat jelas dimainkan demi memperoleh keuntungan menuju kemenangan. Pola- pola yang sudah lazim digunakan untuk merebut simpati dan dukungan dari pihak-pihak tertentu (eksternal), tinggal siapa yang paling tahan lama,” papar alumni Lemhanas Pemuda tahun 2009 ini.
Berkaca dari pengalaman, sambung Silaen, akhir dari sebuah konflik atau hasil dari perseteruan dalam sebuah organisasi atau apapun namanya, sama seperti pribahasa ‘menang jadi arang kalah jadi abu‘. Artinya, siapapun yang menang tentu saja juga rugi, ini hanya persoalan ‘gengsi’ saja namun tujuan tidak tercapai karena yang kalah akan lari ke parpol lain.
“Sesungguhnya jauh lebih baik ‘tadinya’ mencari jalan tengah, jalan pinggir apakek namanya yang penting bersatu dan bersama mengumpulkan kekuatan dalam mencapai tujuan yang lebih besar, saling menurunkan ego masing – masing kelompok yang berbeda pandangan politik. Kecuali sudah ingin merusak rumah besar partainya,” imbuh Silaen.
Silaen menambahkan, kebuntuan politik harus dilakukan mediasi dan kompromistis dikedua kekuatan faksi politik yang ada untuk mencari formula penyelesaian perbedaan kepentingan kelompok atas kekuatan politik yang ada, bukan saling menegasikan, maka jangan heran pasca konflik selesai maka selesai juga semuanya.
“Partai sudah tidak didukung publik atau konstituen akibat perpecahan yang ada. Jika semua ketidakpuasan diselesaikan dengan win- win solution niscaya bahwa tujuan yang lebih besar yang hendak dicapai terbuka lebar diraih secara bersama- sama,” pungkas fungsionaris DPP KNPI ini. (Indra)