BERITA BREBES – Tindakan arogansi dengan merendahkan atau melecehkan profesi jurnalistik yang dilakukan Perangkat Desa Limbangan, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, berbuntut panjang. Pasalnya, salah satu perangkat Desa Sahirin (52) menuding, bahwa mayoritas wartawan buntutnya hanya meminta “uang kopi dan bensin”.
“Saya konfirmasi dan baru melontarkan dua pertanyaan ringan siapa Ketua TPK dan Bendahara pembangunan TK Pertiwi yang bersangkutan langsung emosi dan merendahkan profesi dengan kata-kata mayoritas wartawan hanya mencari uang kopi sama bensin,” kata Tashadi (42) salah satu wartawan di Kabupaten Brebes kepada Matafakta.com, Senin (3/2/2020).
Dikatakan Tashadi, masih sering terjadi penghinaan dan diskriminalisasi terhadap profesi wartawan dilapangan yang mana tugas seorang wartawan di lapangan dalam menggali dan mengumpulkan informasi sebagai keterbukaan publik yang dilindungi Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Jelas sangat merendahkan profesi wartawan. Jika memang ada orang yang berprofesi baik Ormas, LSM atau wartawan yang melakukan praktek pungli di lapangan, maka itu adalah oknum yang melenceng dan menyalahi tupoksi profesinya, tapi jangan merendahkan atau mencemarkan nama profesi secara keseluruhan,” sesalnya.
Sikap yang bersangkutan, Sahirin, terhadap dirinya saat berada dalam ruangan Balai Desa itu disaksikan beberapa rekan wartawan lainnya dan sempat percakapannya terekam ponsel. Sahirin pun, berusaha berusaha merebut ponsel sambil kembali mengeluarkan kata-kata yang tidak sepantasnya dilontarkan terhadap profesi wartawan.
“Handphone saya ingin dirampasnya dan diancam mau dibanting. Pak Sahirin juga mengucapkan ultimatum, bahwa akan menyikat saya jika datang lagi ke Desa Limbangan. Persoalan ini, sudah saya laporkan ke Polsek setempat dan yang bersangkutan tengah diperiksa,” ungkap Tashadi.
Pelaporan ini sambung Tashadi, sengaja dilanjutkan sebagai efek jera atas arogansi pejabat Desa yang tidak mempunyai etika berkomunikasi. Maaf akan diterima, jika yang bersangkutan mengakui kesalahannya secara tertulis dan bersedia meminta maaf melalui rekaman video kepada rekan-rekan jurnalis umumnya.
“Biar ada efek jera, makanya, kalau mau bersikap hendaknya secara bijak dan cerdas, jangan asal bunyi. Jika seperti ini kan akhirnya rekan-rekan seprofesi lainnya kan juga ikut tersingung,” pungkasnya. (Aan)