BERITA JAKARTA – Banyak dugaan indikasi korupsi sistemik terjadi dihampir semua Kementerian atau Lembaga dan Komisi yang bentukan negara, tapi yang ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hanya kelas teri. Hal itu, dikatakan Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (LAKSAMANA), Samuel F. Silaen.
“Yang gede-gede malah lolos, lalu apa gunanya KPK dipertahankan lagi kalau yang ditangkap hanya receh dan urusan remeh-temeh doank. Padahal KPK itu sudah banyak mengabiskan anggaran negara loh,” ujar Silaen kepada awak media, Senin (3/7/2023) di Jakarta.
Dikatakan Silaen, bener apa yang dikatakan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Prof Mahfud MD bahwa prilaku korupsi sekarang lebih merata dan masif yang terjadi hampir disemua tempat di Nusantara ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Lalu siapa yang salah bila korupsi makin subur disana-sini?. Kalau sudah begini lalu apalagi yang patut dibanggakan dari era reformasi ini. Tak disangka-sangka Orde Baru ditumbangkan hanya ganti pemain tok tak lebih baik dari Orde Baru korupsinya,” sindir Silaen.
Akibat korupsi inilah, lanjut Silaen, tujuan berbangsa dan bernegara yang adil makmur bagi seluruh rakyat Indonesia tak dapat diwujudkan melainkan keadilan sosial semu, hanya dikalangan elit tertentu dan kaum ‘berduit’ karena mampu membayar.
“Diluar itu, entar dulu masbro. Sepertinya rusak bener Republik Indonesia ini, kalau sudah begini mau apalagi? Belakangan ini hanya Prof. Mahfud MD yang berani bersuara lantang bahwa kerusakan sistem di negeri ini sudah mencapai titik nadir,” jelasnya.
“Kalau memperbaikinya, bingung harus mulai dari mana? Karena semuanya sudah rusak parah dan saling sandera-menyandera diantara pihak-pihak yang sedang berkuasa,” tambah mantan fungsionaris DPP KNPI itu.
Masih kata Silaen, pribahasa katakan ‘sapu yang kotor tak akan bisa membersihkan lantai yang kotor’, kenapa begitu? Karena sudah sama-sama kotor. Penegak hukum yang seharusnya melindungi kepentingan seluruh rakyat, justru tidak berani berbuat apa-apa kecuali bila menyangkut kepentingan kelompoknya dan institusinya.
“Sekarang seperti seolah-olah baik-baik saja dimata buzzer- buzzer, itulah yang nampak dipermukaan oleh orang awam seolah-olah bangsa ini tidak ada masalah. Padahal semuanya sudah bermasalah. Bingung mau sebutin sangkaan sangking banyaknya masalah. Ya Allah tolong luruskan Bangsa Indonesia ini,” ucap Silaen geram.
Elite dan pejabatnya kaya-raya karena berhasil menjual murah sumber daya alam Indonesia. Kata kasar dirampok habis-habisan aji mumpung oleh elite politik dan pejabat negara yang memiliki akses terhadap kekuasaan. Tanpa itu maka sulit rasanya merampok kekayaan alam Indonesia ini.
“Apabila mencermati apa yang disampaikan Rocky Gerung ada benarnya juga meski tidak semua benar, tapi setidaknya kerangka pikirannya memuat informasi yang mencerahkan dan mencerdaskan kehidupan berbangsa yang sudah tersandera oleh kaum elite dan oligarki politik, merasa yang lain seperti penumpang di kapal Indonesia ini,” tutur Silaen.
Pejabat harta kekayaannya melimpah didapat dengan memperdagangkan jabatan dan kekuasaannya untuk keruk ‘harta’ yang terkandung di perut alam negeri ini, maka siapapun bisa lakukan itu, ketimpangan sosial yang begitu menganga lebar, antara si kaya dan si miskin.
“Yang jadi pertanyaannya adalah rakyat kecil hidupnya Senin, Kamis maka dimana fungsi dan tujuan bernegara yang termaktub dalam UUD Republik Indonesia ini,” pungkas Silaen. (Indra)