BERITA JAKARTA – Baliho atau spanduk dan berita-berita di media terkait keterbelahan elite-elite PDI Perjuangan (PDI-P) dalam menyikapi soal Calon Presiden (Capres) 2024 dan siapa figur yang akan didukung maju masih menyisakan persoalan pelik dari sisi mata public.
“Itu kabar negatif terhadap PDI-P dan mungkin saja didalam tubuh PDI-P tidak demikian,” terang Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (Laksamana), Samuel F. Silaen kepada Matafakta.com, di Jakarta, (5/11/2022).
Tapi tanda-tanda, kata Silaen, keterbelahan atau friksi-friksi serta ketidak-harmonisan faksi diantara elite- elite PDIP dimata publik tidak bisa dipandang kecil sebelah mata. Ini terlihat jelas dari berbagai serangan udara dan darat yang menghantam character building banteng moncong putih itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Politik adu domba dimainkan oleh pihak lawan-lawan politik. Misalnya, soal dukungan kepada Jokowi menjadi Ketua Umum DPP PDI-P dan serangan kepada sosok figur Gubernur Jawa Tengah itu soal istilah petugas Partai. Ini yang nyata dan viral,” jelas Alumni Lemhanas Pemuda 2009 itu.
Dikatakan Silaen, PDI-P diserang buzzer dengan terstruktur dan masif merupakan bagian dari kampanye politik yang sudah terencana dengan baik. Bagaimana merusak image from inside and outside.
“Apabila keterbelahan elite PDI-P tidak segera ditangani dan diselesaikan secara kekeluargaan sesuai dengan mekanisme Partai, maka ada kemungkinan besar PDI-P runtuh perolehan suaranya di Pemilu serentak nanti,” papar Silaen.
Meskipun, sambung Silaen, waktu pendaftaran Capres dan Cawapres masih relatif lama, tapi apabila terus- menerus diterpa kabar miring bukan tidak mungkin itu sangat merugikan internal PDI-P itu sendiri.
“Ibarat seorang petinju apabila terkena jap terus-menerus maka pertahanan sekuat apapun akan kebobolan,” urai mantan fungsionaris DPP KNPI itu. Pertahanan seorang petinju itu bukan hanya bertahan, tapi juga melepaskan serangan jap secara terukur untuk menguasai pertandingan dimata lawan dan penonton,” ungkapnya.
PDI-P, tambah Silaen, sudah berpengalaman dalam pertarungan politik. Hanya perlu waspada terhadap serangan yang memborbardir jantung pertahanan PDI-P itu. Sebab pertandingan bukan hanya soal pengalaman, tapi juga exercise dan harmonisasi.
“Serangan balik PDI-P harus segera menyelesaikan problematika disruptif mengenai pandangan serta perilaku masyarakat terhadap pasar, industri, budaya dan berbagai proses di dalamnya yang disebabkan oleh inovasi dan perkembangan teknologi digital yang semakin maju,” pungkas aktivis Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) itu. (Sofyan)