BERITA BEKASI – Anjloknya daya jual akibat pandemi Covid-19 sangat dirasakan Itay Muktar (46) pengrajin mainan mobil truk oleng berbahan kayu dan triplek bekas limbah lingkungan proyek yang berada di wilayah Desa Karangraharja, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Dengan ide kreatifnya, limbah kayu dan triplek itu dipoles menjadi mobilan kayu yang menghasilkan rupiah. Bahkan, memasarkan via online mobil mainan truk olengnya itu sampai tembus pasaran ke luar Pulau Jawa.
“Sebelum pandemi pesanan mobil truk mainan saya ini samapi ke luar Jawa, seperti Lampung, Sulawesi, Medan bahkan sampai ke Bali,” kata Itay Muktar saat berbincang ringan dengan Matafakta.com, di lokasi, Minggu (21/11/2021).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dikatakan Itay sapaan akrabnya, awal membuat mainan mobil truk kayu itu, keterpurukan ekonomi pada tahun 2008, sebagai supir ekspedisi luar kota, mobil yang dikemudikan kecelakaan mengakibatkan tangan kanan tidak berfungsi normal.
“Sempet shok melihat tangan kanan, satu tahun saya tidak keluar rumah. Pada tahun 2009, bermodalkan karung saya ngerongsok selama tiga bulan setelah itu buka tambal ban sampai tahun 2014,” tuturnya.
Pada tahun 2014 akhir, dirinya mencoba buat mainan mobil kayu bekas limbah proyek lingkungan. Namun, keterbatasan dana membuat mainan kayu secara manual sampai sekarang ini.
“Selang berapa pada tahun 2014, ada donatur dari rumah zakat bantuan sejumlah uang setiap bulan dan terhenti bantuan di tahun 2017,” jelasnya.
Pada tahun 2018, sambung Itay, melalui RT setempat mengajukan proposal usaha mobil kayu ke Pemerintah Desa (Pemdes) Karangraharja. Selang berapa lama, dipanggil Kepala Desa Karangraharja.
“Waktu itu, saya mendapatkan bantuan sejumlah uang Rp5 juta dari Lurah, H. Suhendra,” ungkapnya.
Setelah itu, lanjut Itay, karena sering ber-koordinasi terus dan terdaptarlah di BUMDes Desa Karangraharja, Kecamatan Cikarang Utara.
Selama di BUMDes, usaha mobil truk oleng berbahan kayu dan triplek mendapat undangan seminar dari Kepala Bidang Pemberdayaan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi.
“Undangan seminar itu selama tiga hari di hotel Ibis dan diakhir acara seminar kita dimintakan proposal prodak usaha dan proposal itu saya serahkan melalui BUMDes,” imbuhnya.
Itay berharap ada kejelasan proposal prodak yang diberikan ke BUMDes. Terlebih, ada sumbangsih dari BUMDes karenakan massa pandemi ini daya jual ke masyarakat turun 60 persen.
“Dari ikut BUMDes sampai sekarang massa pandemi belum ada sumbangsih-nya. Bahkan proposal yang saya berikan belum ada kejelasan dari BUMDes,” pungkasnya. (Usan)