BERITA BEKASI – Ibarat buah kelapa satu manggar ada yang dimakan gerhana. Ini pribahasa yang sekarang dialami Muhid (44) warga Desa Simpangan, Kecamtan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Dengan kesehariannya di belakang setir diatas jok mobil angkot jurusan Lemah Abang – Lippo ini terus fokus kedepan mencari penumpang. Walau pun, penumpang sepi dan pendapatannya anjlok sejak pandemi Covid-19.
“Semenjak ada wabah virus Corona, penumpang sepi. Cari uang untuk setoran Rp50 ribu aja sehari susah banget,” kata Muhid ketika berbincang dengan Matafakta.com, di perjalanan Lippo menuju Lemah Abang, Rabu (8/9/2021).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tidak hanya itu, Jul sapaan Muhid juga mengatakan, beràngkat bawa angkot dari Subuh sampai pukul 19. 00 WIB, pendapatanya hanya Rp30 ribu sampai Rp50 ribu per-hari.
Diungkap Jul, selama pandemi virus Corona atau Covid-19 di Kabupaten Bekasi ini, dirinya belum pernah dapat bantuan apapun baik dari dinas – dinas terkait atau pun dari pemerintahan desa tempatnya tinggal.
“Kalau RT setempat mah sering ngambilin KK sama KTP saya, katanya mau ada bantuan, nyatanya sampai sekarang belum pernah sampai ke saya kebanyakan buat keluarga besarnya RT kali bang,” tutur sambil tertawa kecil.
Lebih dalam ayah tiga anak itu mengaku, bahwasanya dirinya masih kerbat almarhum H. Eka Supria Atmaja dari silsilah orangtuanya.
“Orang tua saya sudah almarhum bapak Khotib, abangnya H. Ojoy orang tuanya Almarhum H. Eka. waktu tahlilan beliau setip malam saya datang. Bahkan setip tahun, Lebaran hari raya datang kerumah dia, kumpulnya dirumah yang sekarang di jadiin gudang itu,” ungkapnya.
Walau pun, lanjut Jul dirinya sebagai supir angkot tetap bersyukur ke tiga anaknya sudah sekolah. Bahkan yang paling besar sudah sekolah SMA.
“Masa harus ngomong sodaranya almarhum Bupati bang untuk dapat bantuan dari desa. Apa lagi sampai dapat bantuan dari dinas – dinas terkait untuk memberikan bantuan supir angkot di massa pandemi Covid-19,” pungkasnya. (Usan)