BERITA BEKASI – Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan beberapa pejabat tinggi yang mendampingi serta Pemerintah Daerah datang ke lokasi jebolnya tanggul Citarum, Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang yang mengakibatkan beberapa Desa terendam air hingga setinggi 2 meter.
Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Bekasi mengatakan, fenomena jebolnya tanggul tersebut harus menjadi evaluasi Pemerintah Daerah hingga Nasional agar ke depan tidak terulang kembali tanggul jebol yang berdampak pada keselamatan jiwa manusia.
“Tanggul ini jebol untuk yang kedua kalinya. Sebelumnya, terjadi pada 5 Februari 2007 silam. Sekarang jebol lagi pada 20 Februari 2021, mestinya udah evaluasi,” kata Ketua PC PMII Kabupaten Bekasi, M. Harun Al Rasyid kepada Matafakta.com, Rabu (24/2/2021).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dikatakan Harun, waktu 13 tahun itu, bukan waktu sebentar untuk memikirkan dan mengkonsep sebuah ide dan gagasan, sehingga dapat meminimalisasi terjadi jebolnya kembali tanggul sungai Citarum yang menyengsarakan masyarakat.
“Sekarang zaman teknologi yang semakin pesat dan massif dan banyak contoh dibeberapa negara dalam penanggulangan banjir dengan alat yang semakin canggih seperti Dinding Anti Banjir di Austria, Tubewall di Swedia, Greatwall of Lousiana di Amerika Serikat dan lainnya,” sindir Harun.
“Di Indonesia khususnya di Kabupaten Bekasi ini saya lihat bersifat status quo, apa ini ada pembiaran atau apa? Jadi sebuah pertanyaan besar, jangan sampai kebencanaan ini menjadi keuntungan bagi Pemerintah dalam meraup untung proyek yang berkelanjutan,” sambung Harun.
Harusnya, lanjut Harun yang ikut serta dalam evakuasi warga saat kejadian jebolnya tanggul Citarum di Kampung Babakan Banten Desa Sumber Urip ini, Pemerintah lebih memikirkan, meriset dan mengkaji secara ilmiah berbasis teknologi juga memaksimalkan anggaran daerah atau negara untuk alokasinya diprioritaskan pada hal bersifat preventif, agar ke depan tidak terjadi lagi hal yang sama.
“Sungai Citarum ini sudah ada sejak Abad 5 Masehi pada kerajaan tertua di Nusantara yaitu Kerajaan Tarumanegara yang mestinya Sungai Citarum menjadi prasasti dan aset negara, karena sangat serat akan sejarah dan juga sebagai sumber kehidupan masyarakat yang didekatnya,” jelas Harun.
Bukan malah sebaliknya, sambung Harun, menjadi momok yang menakutkan, karena banyak pencemaran dan jebolnya tanggul dimana-mana karena melintasi banyak daerah, ini sudah terjadi pergeseran nilai jika dilihat dari sejarah dan kegunaannya.
Terakhir, Harus berharap kepada Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) jadikan issue jebolnya tanggul Sungai Citarum sebagai Issue Strategis Nasional, karena bukan hanya Kabupaten Bekasi, tapi melintasi beberapa Cabang di Jawa Barat.
“Apalagi dalam waktu dekat PB PMII akan menyelenggarakan Kongres dan ini sebuah momentum untuk konsolidasi issue Ide dan Gagasan bukan hanya dijadikan sebagai ajang kontestasi saja, tapi di dalamnya melahirkan sebuah ide cemerlang jangka panjang,” pungkasnya. (Hasrul/Mul)