BERITA JAKARTA – Selama kita percaya dan yakin pada sistem demokrasi maka tidak perlu ada dikotomi antara tua dan muda. Sebab yang muda juga belum tentu lebih baik dari pada yang tua, begitu juga sebaliknya. Hal itu, dikatakan, pengamat politik Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (LAKSAMANA), Samuel F. Silaen.
“Pada pilpres 2024 yang akan datang semua anak terbaik bangsa berhak maju sebagai calon Presiden dan Calon Wakil Presiden, selama memenuhi syarat pencalonan. Meski ada yang coba meng otak-atik lewat aturan dalam rangka menjegal maka itu tak akan berhasil, jika berhasil pun maka ‘bala’ yang akan jadi lawannya ketika memimpin,” terang Silaen kepada Matafakta.com, Jumat (29/1/2021).
Dilanjutkan Silaen, kriteria usia tua-muda tidak dapat dijadikan sebagai patokan untuk berkarya dan berbakti, apalagi berprestasi kepada bangsa dan negaranya. Kalau melihat negara kampiun demokrasi yang nan-jauh disana yang tua juga oke kok. Justru yang terpilih sekarang adalah tokoh-tokoh yang usia tua.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kenapa kita harus alergi soal usia tua muda lalu mencari pembenaran untuk menjegal langkah orang lain untuk maju. Selama ini frasa tua-muda dihembuskan dalam kerangka untuk menegasikan peran dan kemampuan tokoh yang lebih tua, itu sudah salah besar,” sindir Silaen.
Menurut Silaen, peluang Megawati Soekarnoputri dan Jusuf Kalla di Pilpres 2024 punya kans yang sama besar dengan tokoh muda yang lainnya, pertanyaannya, bagaimana caranya agar tingkat keterpilihan mereka dapat diterima ‘pasar’ yakni pemilik suara dan dipilih. Ini bicara isi hati manusianyan kan maka yang paling tahu ya Allah maha pencipta.
“Memang kedua tokoh bangsa itu sudah pernah mencoba maju sebagai Capres dan kenyataannya belum beruntung. Ini problem tersendiri bagi yang pernah maju lalu kalah berkali-kali pasti ada sedikit trauma didalam dirinya sendiri,” imbuhnya.
Dikatakan Silaen, pejuang akan berhenti ketika ajal menjemputnya, selama masih ada waktu dan kesempatan maka pejuang tak akan berhenti berjuang dalam mewujudkan impian yang ada didalam dirinya. Yang terpenting jangan sampai salah jalan.
“Begitu juga dengan yang usia muda tentu saja punya kans yang sama besar dengan tokoh bangsa yang usia tua. Yang pasti usia muda juga akan tua dan yang tua akan tetap saja tua. Ini soal cara pandang saja,” canda Silaen.
Dunia punya tren tersendiri kalau bicara kepemimpinan. Kepemimpinan itu sesuatu yang tidak bisa diraih hanya oleh karena merasa muda dan punya potensi. Kepemimpinan itu bagian dari ikhtiar sepanjang hayat manusia. Dengan istilah yang saya yakini akan “indah pada waktunya.
Menurut Silaen, faktor yang mendasar dalam meraih kemenangan tidak hanya ditentukan oleh kapital (money), jaringan, namun lebih dari itu faktor lucky yang berasal dari takdir illahi pencipta alam semesta. Manusia hanya bisa ora et labora tapi keputusan tetap ditangan maha pencipta Tuhan yang maha kuasa.
“Pengalaman saya nyata, boleh dikatakan dua kali terjadi di organisasi besar kepemudaan HIPMI dan KNPI ketika ada pihak- pihak tertentu karena punya kekuatan politik atau kekuasaan politik yang tengah berkuasa lalu mencoba mengatur (setting) agar jagoannya bisa menang, justru yang didapatkan adalah kekalahan. Jadi rencana manusia bukan rencanaNya, “beber aktivis organisasi kepemudaan itu.
Meskipun hanya beda satu suara yang namanya kalah ya tetaplah kalah. Jadi sekuat apapun manusia me ‘reka-reka’ tapi jika yang maha kuasa tak merestui maka tetap saja akan gagal. Ketika ada orang yang merasa diatas angin dan memiliki segala-galanya, maka jangan takabur dengan segala kesombongan yang sedang merasuki hati dan pikiran hingga merasa menang dengan segala trik dan intrik politik yang sedang dimainkan.
“Kepemimpinan itu adalah pelayanan publik yang diamanahkan kepada yang mendapat keberkahan ilahiah tanpa itu akan berakhir sia- sia. Kepada tim ‘pembisik’ Capres dan Cawapres ada baiknya berdoa sungguh-sungguh untuk mendapatkan konfirmasi dari yang diatas yakni pemilik segala sesuatu dibumi dan disurga,” pungkasnya. (Indra)