BERITA JAKARTA – Golkar pasca orde baru mengalami banyak goncangan dan dinamika yang sangat dahsyat sampai sempat minta dibubarkan dan lain-lain justru makin menunjukkan kelasnya. Hal itu, dikatakan pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (LAKSAMANA), Samuel F. Silaen.
“Bila bicara perolehan suara atau kursi tidak jelek-jelek amat yakni urutan ke dua. Meski banyak diterpa masalah namun Partai Golkar tidak tumbang apalagi terkapar,” kata Silaen kepada awak media di Jakarta, Minggu (23/7/2023).
Wajah Partai Golkar memang tidak sama dengan partai politik yang lainnya. Golkar pasca orde baru sudah menjelma perusahaan ‘go publik’, tidak ada istilah pemilik saham mayoritas atau saham tunggal, diantara faksi- faksi yang ada, semuanya cair kalau bicara kepentingan sudah terakomodir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Turbulensi ditubuh Golkar seperti ada musimnya, misalnya slalu terjadi mendekati tahun Pemilu, jadi sudah biasa. Kalau tidak begitu justru tidak rame. Gonjang- ganjing itulah yang membuat partai Golkar makin diperhitungkan lawan,” ujarnya.
Sebab, sambung Silaen, terbukti tetap kuat dan kokoh, dapat bertengger partai tiga besar. Partai Golkar punya cara sendiri melewati badai yang sedang menghampiri ‘nahkoda’ partai. Escape atau Exit plan sebagai penyelamatan nahkodanya atau sebuah skenario pamungkas yang harus dilakukan oleh faksi-faksi yang ada di internal dan eksternal Partai Golkar.
“Sebagai bentuk kompromi politik tingkat tinggi untuk menjaga stabilitas dan soliditas Partai Golkar, hampir setiap Pemilu, Golkar tak luput dari manuver politik semacam ‘pemakluman’ cukup sudah gantian dong,” terang mantan fungsionaris DPP KNPI itu.
Partai Golkar tidak bisa diwariskan atau diturunkan ke anak atau cucu dan ini membuktikan Golkar sudah jadi perusahaan publik, tokoh-tokoh Golkar datang dan pergi silih berganti, biasa saja. Jabatan Ketua Umum bukan milik private.
“Inilah kelebihan dan keunggulan sekaligus kekurangan perusahaan publik karena pemilik sahamnya banyak orang. Pemain di Golkar banyak dan memiliki finansial yang sama-sama kuat, internal dan eksternal Golkar tidak monolitik, tapi heterogen atau majemuk.
“Ini jugalah yang menjadi kekuatan Partai Golkar. Sehingga dapat bertahan dalam melalui yang yang ada,” tambahnya.
Sekoci penyelamatan bagian dari skenario yang cantik demi kebaikan bersama sekaligus menjaga performa mesin politik partai tetap prima dimata publik. Ada semacam istilah ‘lokalisir’ masalah agar tidak merembet kemana-mana yang berdampak negatif di mata rakyat sebagai pemilih.
Antraksi- antraksi yang disuguhkan Golkar slalu menarik untuk disimak dan di ikuti karena piawai ber manuver dan strategi indah dimainkan Golkar, semacam opera yang bikin deg-degan. Pertunjukan diluar Golkar terkesan monoton, karena bertumpu pada sang ‘owner’ yang memiliki kekuasaan hak veto dan prerogatif apabila dilanggar punya konsekuensi pemecatan.
“Bicara Partai Golkar tidak akan pernah ada habis-habisnya. Tak dapat dipungkiri bahwa jam terbang-nya melahirkan pengamalan tak ternilai. Siapapun Presidennya Golkar pasti dibutuhkan untuk masuk kedalam Kabinet. Karena kalau Golkar diluar Kabinet maka jalannya pemerintahan bisa repot,” pungkasnya. (Indra)