BERITA BEKASI – Tradisi ziarah kubur atau nyekar merupakan tradisi turun temurun yang kerap dilakukan warga atau masyarakat Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Minggu (23/4/2023). Salah satunya, warga Desa Karangraharja, Kecamatan Cikarang di Tempat Pemakan Umum (TPU) Desa Karangraharja.
Seperti diketahui, menjelang bulan Ramadhan dan di Hari Raya Idul Fitri H+2, Tempat Pemakaman Umum (TPU), Desa Karangraharja dipadati peziarah kubur untuk mendoakan saudara dan keluarga yang telah meninggal dunia.
Namun yang menarik ditahun ini ada penziarah kubur yang mengenakan stael jas hitam, kaos putih, celana hitam dengan songko atau kopeah hitam dengan bertuliskan Bang Jibob berwarna putih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dengan percaya diri (PD) nya dari kebanyakan orang, dirinya tampil beda berziarah kubur bersama keluarga ke TPU Desa Karangraharja, Kecamatan Cikarang Utara.
“Ya, setiap tahun kami bersama keluarga selalu berziarah pada menjelang bulan Ramadhan dan lebaran kedua. Selain berziarah, di TPU ini kita juga bisa bertemu sanak saudara, teman, saling salam salaman dan memaafkan,” ujar Husin.
Dikatakan Husin, berpakaian stael jas hitam kopeah bertuliskan bang Jibob ini atas ide dan modal sendiri. Namun, dengan keterbatasan dirinya membuat kopeah bertuliskan bang Jibob hanya 20 pcs songko atau kopeah.
“Semua sudah saya bagikan, ya kalau pingin kopeah bang Jibob datang aja ke H. Boby. Insyaallah dia juga ada,” ujarnya.
Selain itu, Husin menuturkan, tujuan dan niat ke TPU Desa Karangraharja di hari Idul Fitri, hanya untuk berziarah ke makam orang tua, nenek, engkong, uyut yang setiap tahun bersama keluarga ziarah kubur.
“Tujuan dan niat saya ke TPU ini untuk ziarah makam untuk mendoakan orang tua yang sudah tiada nggak lebih dari itu,” tukasnya.
Ditempat yang sama, warga kampung Gelonggong, Desa Karang Rahayu, Kecamatan Karang Bahagia, Daman mengaku setiap tahun datang ke TPU Desa Karangraharja untuk berziarah ke makam orang tuanya.
Dimomen H+2 Idul Fitri, kata Daman, merupakan momen ziarah yang tak pernah ditinggalkan oleh keluarganya. Bebeda pada H+1 Idul Fitri, momen itu dimanfaatkan untuk silahturahmi ke temat sudara dan lebaran keliling kampung.
“Dimomen ziarah kubur ini kita melakukan pembersihan disekitar makam, menabur bunga serta membaca yasinan dan Doa bersama,” pungkasnya. (Usan)