BERITA JAKARTA – Conferensi Pers acara Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia saat ini tengah melakukan persiapan untuk verifikasi Partai Politik (Parpol) oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada bulan April 2022 mendatang.
Acara yang berlangsung di Internasional Equistrian Prak di Jalan Pulomas, Pulogadung, Kota Jakarta Timur, sekaligus penutupan Rapat Kordinasi Wilayah (Rakorwil) 07 DKI Jakarta, Minggu (9/1/2022).
Dalam kesempatan itu, Anisa Matta mengatakan, bahwa Partai Gelora sudah siap melakukan verifikasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Struktur Partai Gelora saat ini sudah siap untuk melakukan verifikasi Parpol yang nanti insya Allah dimulai tahun ini,” kata Anis Matta dengan ramah.
Hadir dalam acara Conferesi Pers tersebut, Wakil Ketua, Fahri Hamzah, Ketua Bidang Seni Budaya dan Ekonomi Kreatif DPN Partai Gelora, Deddy Mizwar, Ketua DPW Partai Gelora DKI Jakarta, Triwisaksana (Bang Sani).
Anis Matta mengatakan kepada awak media bahwa Partai Gelora bakal verifikasi Parpol. Partai Gelora kini ada di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dan Kota di Indonesia dan tersebar di 7.000 Kecamatan.
“Kita siap verifikasi sampai kelengkapan admintrasi, termasuk kita siap target di tahun nanti di Pemilu 2024,” ucapnya semangat.
Dikatakan Anis, Gelora bakal melakukan judicial review untuk threshold baik Presiden dan Parlemen dan judicial review untuk pemisahan Pemilu Legislatif dan Eksekutif.
“Mudah-mudahan bulan ini atau bulan depan akan mengajukan judicial review atau uji materi UU No. 7 Tahun 2017, tentang Pemilihan Umum ke Mahkamah Konstitusi,” ulasnya.
“Pasal yang akan digugat, yakni terkait dengan ambang batas atau threshold baik untuk pemilihan Presiden maupun Parlemen,” sambungnya.
Sementara itu, Ketua Bidang Seni Budaya dan Ekonomi Kreatif DPN Partai Gelora, Deddy Mizwar mengatakan, pemerintahan sekarang tidak mengetahui industri film, bahkan banyak bioskop ditutup.
“Padahal bioskop itu harusnya ada di sampai pelosok Desa dan Kecamatan seperti di India dan China,” ujarnya.
Diungkapkan Deddy, film bisa menjadi alat untuk propaganda budaya seperti yang dilakukan China dengan membuat film tentang Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung 1955.
“Film Konferensi Asia Afrika ini dibuat di China, settingnya semuanya disana, tapi semua pemainnya dari seluruh dunia. Bahkan saya pernah ditawari untuk menjadi Bung Karno, dananya unlimited, tapi itu saya tolak,” ungkapnya.
Kenapa film itu, kata Deddy, tidak kita yang buat, tapi malah dibuat China, karena China ingin memperlihatkan kehadiran mereka di KAA bahwa peran mereka sangat penting.
“Film buatan China bisa mencapai record tertinggi mengalahkan film hollywood, karena China punya bioskop sampai pelosok seperti juga di India. Ada komitmen dari negaranya. Tapi gampang, selesai insha Allah kalau Partai Gelora berkuasa,” pungkas Deddy. (Edo)