BERITA BEKASI – Perkembangan kepengurusan DPD Partai Golkar Kota Bekasi, semakin terlihat jelas dinamikanya. Beberapa kader Partainya, saling memunculkan keunggulannya masing-masing. Hal itu, dilontarkan kader setia Golkar Kota Bekasi, Syafrudin.
Dikatakan Syafrudin, sebuah antitesis terhadap beberapa kader yang menyatakan diri bagian dari mosi tidak percaya, namun pada Model DB 1-DPRD Kota data KPU hasil perolehan suara dalam gelaran Pemilu 2014 di Dapilnya yaitu Mustika Jaya, Bantar Gebang dan Rawalumbu rangking 7 dengan jumlah suara 1.919 dari 10 Caleg, Pemilu 2019 peringkat 5 dengan perolehan suara 2.928.
Lalu, sambung Syafrudin, masih satu Dapil dengan sebelumnya diatas, ada kader yang juga menyatakan kegelisahannya terhadap kepemimpinan bang Pepen, sapaan akrab Rahmat Effendi dan Plt. Ketua Ade Puspitasari, namun fakta pada setiap Pemilu Legislatif, tidak kunjung berhasil menjadi Legislator di DPRD Kota Bekasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pada Pemilu 2014, lanjut Syafrudin, menduduki rangking 8 dari 10 Caleg dengan perolehan suara 1.864. Pemilu 2019 rangking 4 dengan 3.772 suara. Tak jauh berbeda dengan dua kader dari Dapil Mustika Jaya, Bantar Gebang dan Rawalumbu, pada Pemilu 2019 rangking ke 6 dari 8 Caleg dengan 1.272 suara.
“Kekuatan individual kader dimasyarakat sangat terlihat dari hasil Pemilu, seyogyanya menjadi selfreminder untuk langkah kedepan,” kata Syafrudin ketika berbincang ringan dengan Matafakta.com, Selasa (22/6/2021).
Syafrudin menyinggung, ketika tengah berada disisi lain dalam perhelatan Partai, berpikir lah sebaik mungkin agar lebih obyektif soal bersikap, bukan justru turut meruntuhkan fondasi marwah Partai yang telah dibangun dengan susah payah bertahun tahun dibangun.
Sebaiknya, tambah Syafrudin, kita semua terus bersama-sama untuk meningkatkan peran Partai dimasyarakat, dengan demikian secara tidak langsung akan semakin meningkatkan elektabilitas dan akuntabilitas diri kita sebagai kader Partai dan bagian erat dalam masyarakat.
“Niat dari memunculkan data itu, agar beberapa kader di Kecamatan untuk melihat dirinya dulu, untuk kemudian bersikap berseberangan. Bukan memakai kacamata kuda hanya, karena kepentingan sesaat atau kekecewaan yang berlebihan,” pungkasnya. (Indra)