BERITA YOGYAKARTA – Kehadiran Yayasan Pondok Pesantren Modern Yatim dan Dhuafa Madania beralamat di Jalan Janti Gg, Gemak 88, Gedongkuning Banguntapan, Kabupaten Bantul, adalah dampak dari terjadinya gempa bumi yang menguncang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun 2006 silam.
Rintisan awal sebelum Yayasan Madania berdiri adalah adanya Panti Asuhan Nurul Haq yang merupakan cikal bakal berdirinya Yayasan Madania, sebagai wujud kepedulian akibat adanya krisis moneter tahun 1998-1990.
“Sehingga banyak warga yang berlatar belakang kurang mampu menitipkan anaknya di Panti Asuhan Nurul Haq agar bisa sekolah,” kata Suyanta, S.Ag, MS.i selaku pimpinan Yayasan Pondok Pesantren Madania Yogyakarta dalam wawancara dengan Matafakta.com, Selasa (11/5/2021).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selaku penceramah (muballigh) di Kota Gudeg ini, Abi Suyanta, demikian beliau akrab disapa, mengatakan, sebenarnya beliau mendirikan Panti Asuhan sekaligus Pesantren ini, karena suka dengan kegiatan sosial dan beliau sedih melihat nasib anak-anak yang tidak bisa sekolah.
Berangkat dari berbagai masukan para jama’ahnya saat mengisi pengajian, akhirnya beliau, Suyanta, mendirikan Panti Asuhan dengan memadukan model pengasuhan Pondok Pesantren.
Akhirnya, Suyanta memberanikan diri untuk membangun Panti Asuhan, seiring waktu sambil mengurus legalitas Yayasan dengan Akta Pendirian tahun 2006 dan pengesahan Kemenkumham tahun 2007 yang sampai saat ini sudah menerima dan meluluskan banyak santri yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara.
Suyanta juga menegaskan, bahwa semua santri yang tinggal di Pesantren Madania full gratis tanpa bayar dengan mendapatkan fasilitas makan, minum, seluruh biaya sekolah dan Pesantren, bahkan sampai kebutuhan mandi, cuci dan pembalut.
“Alhamdulillah, Pondok Pesantren memang berbasis Panti Asuhan, jadi free gratis, yang nyantri terutama yang sangat membutuhkan. Baik yang berasrama dan non-asrama,” terang pria paruh baya lulusan UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta ini.
Pria kelahiran Kulon Progo ini juga mengungkapkan, Yayasan Pesantren Madania bukan hanya Pesantren atau Panti Asuhan pada umumnya yang sekedar belajar ilmu agama, tapi juga melatih jiwa kepemimpinan dan fokus menanamkan jiwa wirausaha santri, seperti membuat kue bakpia, mengelola peternakan, perikanan, konveksi, mini market, air minum dan masih banyak lagi.
“Ya, kami mendirikan Panti Asuhan sekaligus Pondok Pesantren ini bukan hanya sekadar belajar saja, tapi bagaimana bisa melahirkan santri agar memiliki jiwa wirausaha, agar kedepannya bisa mandiri setelah lulus dari Madania,” ungkapnya.
Bahkan, sambung Suyanta, kini sudah meluluskan ratusan lebih alumni dan sampai lanjut belajar di luar negri seperti menimba ilmu di China.
“Lulusan Madania bisa membaca Al-Qur’an, bahkan ada yang hafal Qur’an, prestasi pendidikan diupayakan semaksimal mungkin, alhamdulilah kita tidak memungut biaya dari mulai jenjang dasar sampai sarjana bahkan sampai jenjang S2,” jelasnya.
Kemandirian santri adalah cara Suyanta dan pengurus Yayasan Madania untuk melahirkan banyak kader multitasking agar tidak terpaut sepenuhnya dari donator. Bukan berarti menolak donator, Donatur tetap menjadi mitra yang penting dalam mengembangkan program-program Yayasan.
Namun, Suyanta juga memberikan ruang dan tempat yang bisa dimanfaatkan santrinya untuk belajar kehidupan, agar mampu mengembangkan berbagai usaha milik Yayasan Pesantren Madania Yogyakarta.
Sebagaimana visi misi Yayasan Madania sebagai tempat pemberdayaan anak yatim dhuafa menuju generasi yang mandiri dan berakhlaq mulia, Suyanta mengklaim semua lulusan mutlak bisa mandiri, memiliki jiwa kemandirian karena dibekali ilmu agama dan wirausaha.
“Jadi, Insya Allah alumni Madania ini mandiri semua karena memang kita bina dari awal masuk sampai selesai,” tandas Suyanta.
Amal Usaha Madania
Kini Yayasan Pondok Pesantren Modern Yatim Dhuafa Madania Yogyakarta sudah memiliki sekolah sendiri dari jenjang pra sekolah (Play Grup) Madania Kids, PKBM setingkat SLTP, sampai Madrasah Aliyah (MA), termasuk amal usaha lainnya seperti Panti Asuhan (LKS baik LKS balita, anak, difabel, dan lansia). Madania juga sudah merintis Koperasi, Lembaga Zakat, Mini Market, dan asrama santri sendiri.
“Ya, amal usaha ini juga berkat usaha para pengurus, donatur, yang juga sebagian besar lulusan santri Madania untuk meneruskan perjuangan ini,” terangnya.
Warga Madania juga terdiri dari balita, Anak SD-SMP-SMA, Difabel, Lanjut Usia berkisar ratusan kurang lebih 300 menurut rekapitulasi jumlah yang terupdate pada tahun 2020-2021.
Yayasan Madania, kini menaungi 5 asrama panti asuhan, diantaranya Panti Asuhan Nurul Haq, Panti Asuhan Wahyun Asror, Panti Balita Nurul Haq, Pondok Pesantren Madania dan Wisma Kasepuhan Madania.
Sementara itu, Kepala Madrasah Aliyah (MA) Madania Bantul, Anis Fatiha, S.Ag, M.Pd berupaya terus meningkatkan kualitas para siswa-siswi khususnya di bidang pendidikan Madania.
Sekolah MA dibawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Modern Yatim dan Dhuafa Madania dan Kementerian Agama Kabupaten Bantul tersebut fokus pada penguatan life skill maupun entrepreneurship, bekal bagi siswa didiknya agar melahirkan kader mandiri.
“MA Madania Bantul memiliki kegiatan ekstrakurikuler seperti Pramuka, Desain Grafis, Menjahit, Seni Kriya, KIR, Otomotif, dan Atletik,” ucap Alumni Lembaga AR Learning Center.
Selain itu, tambah Anis Fatiha, memiliki program unggulan di bidang kewirausahaan yaitu Bakery Madania, Hidroponik dan Budidaya Ikan Lele. Bagi yang memiliki keterbatasan biaya, tetapi punya niat kuat bersekolah maka dapat langsung menghubungi kontak person melalui No. HP 0877-3923-6704 atau 0878-0890-9238. (Andre Hariyanto)