BERITA BEKASI – Peristiwa aksi teror menyasar dibeberapa tempat, termasuk aksi bom bunuh diri di depan Gereja Makassar dan terbaru adalah aksi seorang wanita di Gedung Mabes Polri pada, Rabu 31 Maret 2021 lalu.
Hal ini tentu menjadi keprihatinan terutama bagi umat muslim yang selalu menjadi sasaran stigma ketika pelaku terorisme beraksi.
Ketua MUI Kota Bekasi yang juga Pengasuh Pondok Pensantren Mahasina, K.H. Abu Bakar Rahziz, mengecam aksi tersebut dan menyebut tidak ada kaitan dengan umat muslim atas aksi tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kita tentunya sangat mengecam kejadian di Makassar maupun di Mabes Polri sekaligus kita turut berbelasungkawa kepada keluarga yang menjadi korban,” kata K.H. Abu Bakar Rahziz kepada Matafakta.com, Sabtu (3/4/2021).
Dikatakan, K.H Abu Bakar Rahziz itu merupakan tindakan jahat kemanusiaan dan peradaban yang tidak bisa dibenarkan, karena perbuatan itu, tidak sesuai dengan ajaran Islam juga tidak sesuai dengan nilai keislaman.
Dia pun sangat menyayangkan kejadian tersebut selalu mengatasnamakan Islam dalam aksinya. Kelompok terorisme seperti itu adalah kegiatan intoleran yang sangat tidak berkaitan dengan ajaran Islam yang sesungguhnya.
“Aksi seperti itu tidak ada kaitannya dengan ajaran agama. Ada indikasi mereka melakukan itu akibat salah memahami teks-teks keislaman atau bisa juga kurang wawasan tentang keislaman,” jelas KH. Abu Bakar Rahziz.
Menurutnya, urusan terorisme merupakan masalah global yang tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak, namun harus dilakukan oleh semua lapisan masyarakat.
“Hal seperti ini bukan hanya urusan MUI saja, tapi urusan umat Islam secara umum. Tidak bisa hanya satu pihak. Semua lapisan masyarakat,” imbuhnya.
Menurutnya, aksi terorisme yang mengatasnamakan umat Islam menjadi beban psikologi baik bagi umat lain maupun umat Islam itu sendiri.
“Yang paling disayangkan ialah stigma masyarakat terkait dengan aksi terorisme yang selalu dikait-kaitkan dengan Islam,” ulasnya.
MUI Kota Bekasi sendiri mengembangkan ilmu Islam wasathiyah, tawasuth (moderat), tasyamuh (toleran), tawazun (seimbang) dan lainnya.
“Kita kalau soal ini memang percayakan kepada aparat keamanan dan mendorong kepada aparat keamanan untuk mengungkap kejahatan terorisme ini secara transparan,” imbuhnya.
Sementara itu, Katib Syuriah PCNU Kota Bekasi Lukman Hakim juga menecam aksi terorisme yang belum lama ini terjadi di dua wilayah Indonesia.
“Kami tentunya mengutuk aksi terorisme yang akhir-akhir ini terjadi. Terlebih lagi, terjadi menjelang bulan Ramadhan serta negara kita yang sedang diuji Allah dengan wabah Covid-19. Inilah kelompok-kelompok yang memahami Islam menurut perasaannya dia sendiri,” ungkapnya.
Oleh karena itu, kami PCNU Kota Bekasi mengharapkan seluruh pengurus PCNU diseluruh tingkatan untuk bisa menjaga ketentraman di wilayah masing-masing.
“Kita berharap, para Ustadz atau Kiai pengajar dilingkungannya dapat melakukan dakwah tasyamuh (toleransi). Jelang Ramadhan, suguhkan materi ceramah yang dapat menyejukkan tidak saling menghujat namun senantiasa saling menghargai satu sama lain,” katanya.
Baik Kota Bekasi atau Kabupaten sering kali menjadi salah satu tempat berdiamnya pelaku terorisme. PCNU Kota Bekasi mengantisipasi bekerjasama dengan berbagai elemen masyarakat dalam melakukan dakwah termasuk dengan pihak kepolisian.
“PCNU Kota Bekasi menggiatkan Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (PKPNU) menjadi salah satu doktrin positif untuk menyebarkan Islam secara damai. Harapannya kedepan militansi ke-NU-an agar cepat membumi ditengah masyarakat dengan program tersebut,” pungkasnya. (Edo)