BERITA JAKARTA – Jajaran Polri sebagai aparatur negara yang promoter (profesional, modern dan terpercaya) harus mau menyadari bahwa terjadi pelanggaran SOP dalam kasus kematian anggota Fron Pembela Islam (FPI) pengawal Rizieq Shihab di KM50 Tol Cikampek. Sehingga, pelanggaran SOP itu membuat aparatur kepolisian melakukan pelanggaran HAM.
Kepada Matafakta.com, Ketua Presidium Ind Police Watch (IPW) Neta S Pane berharap, Mabes Polri mau mengakui adanya pelanggaran Standard Operating Procedure (SOP) dalam kematian anggota FPI yang mengawal Rizieq.
“IPW juga berharap Komnas HAM dan Komisi III DPR mau mencermati pelanggaran SOP yang kemudian menyebabkan terjadinya pelanggaran HAM dalam peristiwa itu,” kata Neta, Senin (14/12/2020).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dikatakan Neta, jika mengacu hasil rekonstruksi yang diumumkan Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Argo Yuwono setidaknya, IPW melihat ada tiga pelanggaran SOP yang dilakukan anggota Polri, terutama dalam kasus kematian empat anggota FPI di dalam mobil petugas kepolisian.
Pertama, keempat anggota FPI yang masih hidup, setelah dua temannya tewas (versi polisi tewas dalam baku tembak) dimasukkan ke dalam mobil polisi tanpa diborgol.
“Ini sangat aneh, Rizieq sendiri saat dibawa ke sel tahanan di Polda Metro Jaya tangannya diborgol aparat. Kenapa keempat anggota FPI yang baru selesai baku tembak dengan polisi itu tangannya tidak diborgol saat dimasukkan ke mobil polisi?,” jelasnya.
Kedua, sambung Neta, memasukkan keempat anggota FPI yang baru selesai baku tembak dengan polisi ke dalam mobil polisi yang berkapasitas delapan orang yang juga diisi anggota polisi, adalah tindakan yang tidak masuk akal, irasional dan sangat aneh.
“Ketiga, anggota Polri yang seharusnya terlatih terbukti tidak promoter dan tidak mampu melumpuhkan anggota FPI yang tidak bersenjata, sehingga para polisi itu main hajar menembak dengan jarak dekat hingga keempat anggota FPI itu tewas,” ungkapnya.
Dari ketiga kecerobohan ini, lanjut Neta, terlihat nyata bahwa aparatur kepolisian sudah melanggar SOP yang menyebabkan keempat anggota FPI itu tewas di satu mobil. Dari penjelasan Kadiv Humas Polri itu, terlihat betapa cerobohnya anggota polisi tersebut.
Ini penjelasan Kadiv Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono:
“Namun saat keempat orang itu diamankan di rest area KM50 dan dibawa ke mobil oleh petugas, diperjalanan melakukan perlawanan. Pelaku mencoba merebut pistol dan sempat mencekik petugas saat mobil baru berjalan 1 kilometer di jalan tol Jakarta-Cikampek.
Kemudian terjadi pergumulan di dalam mobil yang akhirnya memaksa petugas melakukan tindakan tegas terukur. Keempatnya tewas setelah polisi melakukan tindakan tegas terukur”.
Dari penjelasan Argo ini, tambah Neta, IPW pun mempertanyakan, dimana promoternya Polri. Sebab itulah, Komnas HAM dan Komisi III perlu mendesak dibentuknya Tim Independen Pencari Fakta agar kasus ini terang benderang.
“Jika Jokowi mengatakan tidak perlu Tim Independen Pencari Fakta dibentuk, berarti sama artinya bahwa Presiden tidak ingin kasus penembakan anggota FPI ini diselesaikan tuntas dengan terang benderang, sehingga komitmen penegakan supremasi hukum Jokowi patut dipertanyakan. (Usan)