BERITA SEMARANG – Sesuai komitmen awal, Kementerian Perhubungan segera mewujudkan Zero ODOL di Indonesia. Maka memasuki 2020, mulailah digencarkan operasi besar-besaran terhadap truk-truk berukuran gambot dan bermuatan lebih di berbagai ruas jalan.
Hal itu dikatakan Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jateng & DIY yang juga pakar ban bersertifikat Internasional, Bambang Widjanarko di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (10/3/2020).
Menurutnya, saking bersemangatnya dalam melakukan penindakan terhadap truk-truk Overdimension & Overloading (ODOL), Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub RI, Budi Setiyadi sempat menghimbau, agar Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia menurunkan kualitas (downgrade) ban-ban truk buatan Indonesia yang dituduh selama ini telah menjadi pemicu terjadinya praktek ODOL di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Pernyataan tersebut sangat tidak masuk akal dan terkesan kontraproduktif bagi kemajuan teknologi industri di Indonesia. Mestinya bukan kualitas bannya yang harus diturunkan, akan tetapi kesadaran para penggunanya yang harus dinaikkan, agar tidak memaksakan daya muat ban hingga ke batas toleransi maksimumnya,” ujar Bambang.
“Mana mungkin Indonesia menerapkan standarisasi produknya sendiri, tanpa mengikuti standarisasi yang berlaku di seluruh dunia, lha wong Standar Nasional Indonesia (SNI) itu sendiri kan berupa kumpulan referensi yang berasal dari berbagai badan sertifikasi yang mengawasi peredaran ban di seluruh dunia,” lanjut Bambang.
Dijelaskan, jika Indonesia menerapkan standar industri ban menurut aturannya sendiri, tentunya akan sangat beresiko bisa berpengaruh buruk terhadap ekspor ban produksi Indonesia ke berbagai belahan dunia yang selama ini sudah diakui standar kualitasnya dan berjalan dengan baik.
“Lebih baik mengedukasi masyarakat atau memberi hukuman yang bersifat edukatif, dari pada menghalangi kemajuan teknologi yang bisa semakin mengakibatkan kemunduran sektor industri Indonesia yang sudah cukup tertinggal dari beberapa negara lain di era globalisasi ini,” pungkasnya. (Nining)
Biro Semarang