BERITA JAKARTA – Samuel Pitawa, mahasiswa Papua kelahiran 12 September 1994, Kampung Eri, Kecamatan Mamberamo Tengah Timur, Kabupaten Mamberamo Raya, terancam drop out dari perkuliahannya di Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) IBLAM, Jalan Kramat Raya, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat.
Samuel yang kini sudah melewati Semester 3 dan akan masuk ke Semester 4 perkualiahan jurusan Hukum itu, terganjal melanjutkan sekolah, lantaran beasiswa yang dijanjikan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mamberamo Raya Papua, tak kunjung tiba.
Padahal, sejak tahun 2018 lalu, Samuel Pitawa berangkat kuliah ke Jakarta dengan jaminan mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Kabupaten Mamberamo Raya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Untuk semester 4 ini saya belum bisa membayarkan biaya perkuliahan. Karena, bantuan beasiswa yang dijanjikan Pemkab, tidak kunjung datang,” kata Samuel kepada wartawan di Jakarta Pusat, Rabu (4/3/2020).
Diakui Samuel, beasiswa atau bantuan biaya pendidikan yang diterimanya tidak full. Hanya Rp5 juta. Sedangkan untuk biaya satu semester kuliah di Kampus STIH IBLAM sebesar Rp3.650.000 per semester.
Sedangkan biaya hidup dan tempat tinggal selama kualiah di Jakarta, Samuel mengandalkan uluran tangan Om-nya dari Papua.
Samuel mengaku, biaya makan dan kos di Salemba Tengah, Jakarta Pusat, lumayan tinggi. Untuk uang kos, Samuel harus mengeluarkan Rp600 ribu per bulan.
“Belum biaya makan, beli buku dan lain-lainnya. Kalau itu biasanya Om saya yang bantu saya,” ungkap Samuel.
Selama menjalani perkuliahan di Jakarta, Samuel tinggal sendiri. Bukan di Asrama Mahasiswa Papua. Untuk pembayaran semester 4 ini, dia mengaku bahwa pihak kampus sudah mendesaknya.
“Memang diberikan kesempatan hingga bulan Oktober nanti bisa mencicil bayaran uang kuliah,” ujarnya.
Dikatakan Samuel, selama menjalani perkuliahan di Jakarta bantuan biaya kuliah sering terlambat dan tidak tepat waktu. Bahkan, terkadang Samuel kasak-kusuk dan menghubungi semua pihak dari Pemerintah Kabupaten Mamberamo Raya untuk meresponnya.
“Untuk semester ini, saya sudah menyurati Bupati Mamberamo Raya Dorinus Dasinapa dan Wakil Bupati Yakobus Britay. Sudah saya coba hubungi lewat medsos dan telpon juga, belum ada respon,” katanya.
Memang lanjut Samuel, model beasiswa yang menjaminkan dirinya melanjutkan pendidikan ke sekolah hukum di Jakarta sedikit berbeda dari mahasiswa asal Papua lainnya.
Jika mahasiswa asal Papua lainnya diberikan beasiswa full dan tinggal di Asrama Mahasiswa Papua di Jakarta, sedangkan Samuel hanya kebagian kelas atau level kedua beasiswa.
“Saya berbeda dari saudara-saudara saya mahasiswa asal Papua lainnya. Mereka full, saya tidak,” ungkap Samuel lagi.
Namun, dari penjelasan teman-temannya sesama mahasiswa Papua lainnya melalui komunikasinya dengan Grup Mahasiswa asal Papua, setiap kali musim pembayaran uang perkuliahan mereka selalu terlambat hingga berbulan-bulan.
“Tidak tahu juga mengapa selalu terlambat. Teman-teman saya juga selalu mengeluh, selalu terlambat, selalu terlambat,” ujar Samuel.
Untuk Samuel, dirinya terakhir kali memperoleh bantuan beasiswanya pada bulan Februari 2019. Setelah itu, sudah tidak dikirim lagi.
Sampai saat ini, Samuel masih diperbolehkan masuk kampus dan sembari menyelesaikan kewajiban pembayaran biaya pendidikannya ke kampus hingga bulan Oktober 2020 mendatang.
Samuel berharap, Pemerintah Kabupaten Mamberamo Raya segera merespon kondisinya. Agar bisa melanjutkan perkuliahan dengan tenang hingga tamat nantinya.
Selain itu, Samuel juga berharap saudara-saudara yang bersimpati bisa juga memberikan bantuan atau pertolongan bagi dirinya untuk menyelesaikan perkuliahan.
“Sampai sekarang, saya masih menunggu respon dari Papua khususnya Pemerintah Kabupaten Mamberamo Raya,” pungkasnya. (Usan)
BeritaEkspres Group