BERITA JAKARTA – Belum lama polisi baru menangkapi pegawai Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), tapi raja atau yang punya bisnis Judi Online (Judol)-nya belum juga ditangkap.
“Siapa yang jadi backingnya? baik yang bayar pegawai Komdigi maupun yang tidak membayar dari situs judol tersebut,” kata Pengamat Politik, Samuel F Silaen kepada Matafakta.com, Jumat (8/11/2024).
Dikatakan Silaen, persoalan judol bukan barang baru muncul tapi seperti opera sabun, kenapa? Setiap ada penangkapan yang kecil-kecil atau recehan selalu dibuat heboh, wow dan viral.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Ini jadi pertanyaan publik! Sementara pemain gede dan rajanya ataupun kakapnya tak pernah tersentuh. Ini kan aneh bin ajaib,” tanya Samuel.
Menurutnya, isue terkait pemberantasan judol hanya sebatas jargon atau omon-omon saja. Artinya bangsa ini Negara gagal paham dan gagal aksi dalam berbagai bidang Penegakan Hukum.
“Kakapnya tak pernah tersentuh makanya ini cuma pepesan kosong, ibaratnya sinetron yang tak pernah selesai karena selalu dibuat panjang oleh sutradara yang dimodali oleh produser,” kritik Silaen.
Rakyat Indonesia dianggap tidak tahu apa-apa soal permainan kelas atas yang penuh dengan drama-drama yang seolah dibuat menarik perhatian, namun sejatinya itu semua sudah di skenariokan.
“Kalau bicara pemberantasan tentunya harus menyasar otaknya atau istilahnya biangnya. Bukan cuma kelas teri, kalau biangnya dihancurkan maka dengan sendirinya yang recehan akan mati,” jelas aktivis Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) itu.
Bila otaknya, lanjut Silaen, masalahnya sendiri tidak dituntaskan maka jangan harap permasalahan apapun itu tidak akan pernah beres sampai tuntas.
“Kenapa karena indung telur akan melakukan penetasan-penetasan baru dan bisa jauh lebih kebal terhadap ancaman, inilah sifatnya virus yang tidak dihancurkan, sehingga dapat beranak-pinak,” beber Silaen.
Jadi kapan permasalahan judol dituntaskan sampai ke akar-akarnya maka hanya Tuhanlah yang tahu segalanya. Karena semua masalah seharusnya dapat dicegah atau bahkan ditumpas bila mau.
“Tidak harus tunggu ‘no viral no justice!’ Jadi rakyat seperti disuguhi tontonan drama-drama yang hendak melewatkan sesuatu agar tidak ketahuan gitu lho,” ucapnya.
Capek juga, tambah Silaen, bila ibaratnya harus mendorong-dorong kendaraan mogok yang seharusnya tugas dan fungsi Penegak Hukum jelas dan clear tapi yang ada hanya jadi ‘gabut’ deh. Jadi kenapa harus terus-terus mendesak polisi?.
“Wong polisinya tidak serius kok, kalau serius tanpa didesak-pun harusnya tangkap raja judolnya, ini hanya tebakan jangan-jangan ‘Raja’ judol itu oknum dari mereka juga, artinya mana mungkin jeruk makan jeruk,” pungkasnya. (Sofyan)