BERITA BANDUNG – Anggota Komisi IX DPR RI, Netty Prasetiyani, mengajak masyarakat untuk ikut mencegah stunting dengan membangun keluarga yang berkualitas.
Hal itu diungkapkan Netty Prasetiyani saat melakukan “Sosialiasasi Pencegahan Stunting Dari Hulu Bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)”
Sosialisasi tersebut dilakukan di Mugi Jaya Sportcenter, Manggungharja, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada Minggu 22 Oktober 2023 kemarin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Turut hadir, Asep Sopari selaku Analisis Kebijakan Ahli Madya Direktorat Bina Ketahanan Remaja BKKBN RI, Dra. Ella Afifah selaku Kabid KBKS DPPAKB Kabupaten Bandung, Fazar Supriadi Sentosa selaku Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat dan Ahmad Heryawan selaku mantan Gebernur Jawa Barat.
“Stunting itu bisa dicegah mulai dari keluarga, karena kita tidak boleh meninggalkan generasi yang lemah,” kata Netty, Senin (23/10/2023).
Saat ini, sambung Netty, kasus stunting di Indonesia masih cukup tinggi mencapai angka 21 persen. Jika kasus stunting tinggi, maka akan menghasilkan generasi yang lemah dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah.
“Dan nanti tidak bisa bersaing dengan yang lain, apalagi tenaga Asing. Namun hal tersebut bisa dicegah, salah satunya mulai dari keluarga,” imbuhnya.
Menurut Netty, keluarga sangat penting karena segalanya berawal dari keluarga. Karena itu, jangan pernah memberikan contoh yang tidak baik dilingkungan keluarga, karena apapun contoh yang diberikan keluarga akan ditiru oleh anak-anak mereka.
“Ada 4 syarat untuk membangun keluarga yang berkualitas. Pertama, niat dan tujuannya harus jelas, visioner. Tanpa tujuan yang jelas nanti akan banyak sekali permasalahan dalam rumah tangga,” terangnya.
Kedua, lanjut Netty, menikah harus dengan persiapan dan perencanaan. Artinya, perlu menikah pada saat yang aman dan tepat. Untuk perempuan pada usia 21 tahun dan laki-laki pada umur 25 tahun.
“Perempuan dengan usia minimal 21 tahun, setidaknya sudah tamat SMA atau sederajat, secara fisik termasuk organ reproduksi sudah siap dan secara emosional sudah matang. Bagi laki-laki, kalau menikah sudah 25 tahun, dia sudah punya kemandirian secara ekonomi, sudah bekerja,” papar Netty
Kemudian, kata Netty, membangun ketahanan keluarga yang paling baik adalah dengan landasan agama. Dengan memiliki ketahanan keluarga, hal-hal yang tidak diinginkan bisa dihindarkan, seperti kekerasan pada anak, KDRT dan lainnya.
“Dan yang Ke-4 adalah melakukan pengasuhan secara benar. Baik secara fisik, mental, maupun spiritual,” tandas Netty.
Sementara itu, Analisis Kebijakan Ahli Madya pada Direktorat Bina Ketahanan Remaja BKKBN, Asep Sopari mengatakan, masih ada balita belum merdeka dari kekurangan gizi. Dalam setahun lahir 44 juta bayi di Indonesia. Dari angka itu, sejumlah 21,6 persen lahir dalam kondisi stunting.
“Bayi 7 bulan belum bisa merangkak. Lalu umur setahun belum bisa ucapkan kata-kata. Ini indikasi stunting,” terangnya.
Dikatakan, Asep, jika otak anak stuting dibedah, lebih kecil dibanding anak sehat. Jaringan otak anak stunting lebih sedikit. Perlu banyak distimulasi.
Asep menerangkan bahaya dan penyebab stunting. Berawal dari asupan gizi kurang. Terutama energi dan protein sejak dalam kandungan sampai 2 tahun setelah dilahirkan.
Apakah stunting bisa diobati? Asep kembali menerangkan, sampai usia 2 tahun masih bisa diperbaiki. Lebih dari 2 tahun bisa tapi agak sulit.
“Jangan sampai balita kurang gizi. Periode emas. 9 bulan kehamilan minimal 6 kali diperiksa. Satu satunya cara untuk tidak stunting adalah mencegahnya,” pungkas Asep. (Mul)