Pengamat, Pujian Profesor Singapura Terkait Jokowi Jenius Terlalu Subjektif

- Jurnalis

Rabu, 13 Oktober 2021 - 08:10 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pengamat Politik Digital dari Institute for Digital Democracy (IDD), Bambang Arianto

Pengamat Politik Digital dari Institute for Digital Democracy (IDD), Bambang Arianto

BERITA JAKARTA – Pengamat politik digital Bambang Arianto, menilai pernyataan Profesor National University of Singapore, Kishore Mahbubani yang memuji Jokowi sebagai sosok pemimpin jenius, terlalu subjektif.

Pasalnya menurut peneliti Institute for Digital Democracy (IDD) pernyataan ini lebih tepat diutarakan oleh relawan maupun pendukung setia Jokowi bukan dari seorang figur akademisi. Sejatinya akademisi itu tentunya harus objektif dalam memberikan sebuah kesimpulan.

“Jelas pernyataan ini bisa merusak kaidah-kaidah ilmiah karena indikator yang digunakan dalam menyimpulkan kepemimpinan politik semakin tidak jelas,” kata Bambang kepada Beritaekspres.com, Rabu (13/10/2021).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Apalagi, sambung Bambang, di media sosial, tentu ini akan berbahaya karena publik seolah dipaksa untuk mempercayai bahwa kepemimpinan Jokowi seratus persen berhasil memuaskan rakyat.

“Tentu ini akan menutupi beberapa kelemahan kepemimpinan Presiden Jokowi terutama dalam beberapa hal,” jelasnya.

Sebut saja, lanjut Bambang, terkait pelembagaan demokrasi, perlindungan HAM, anti korupsi yang di era Presiden Jokowi justru mengalami penurunan yang drastis.

“Coba lihat indeks demokrasi kita yang turun, kemudian corruption perception index juga makin terpuruk. Kenapa indikator ini tidak dilihat? Padahal penilaian ini dalam konteks kepemimpinan politik,” ungkapnya.

Memang, tambah Bambang, bila dikomparasi dengan model kepemimpinan sebelumnya Presiden Jokowi cukup berhasil dalam mengenjot infrastruktur dan memperbaiki birokasi yang selama ini tersumbat.

“Tapikan dalam menilai kepemimpinan politik tidak bisa kita melihat dari satu indikator saja,” pungkasnya. (Indra)

Berita Terkait

Setelah Pemilu 2024 Apakah Akan Banyak Caleg Yang Masuk Rumah Sakit Jiwa?
Didukung 7 RT, Ketua RW024 Perum VGH Sahid Sutomo Lanjut Genapi 5 Tahun
Pengawasan Model Kerjasama Komisi Yudisial, Kepolisian dan KPK
Wow…!!!, Setahun Penyidikan di Kejati DKI Belum Ada Tersangka Korupsi?
Pesta Narkoba, Kepala UPTD Pajak dan Retrebusi Kota Bekasi Diciduk Polisi
Sampai Bubar, Pemain Persipasi Kota Bekasi TC Lembang Belum Terima Transport
Pakar Hukum Dorong Kasus Bos Kalpataru Sawit Plantation Terapkan Pasal TPPU
HDCI Berikan Bantuan Korban Erupsi Gunung Semeru
Berita ini 3 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 14 Desember 2023 - 15:31 WIB

Setelah Pemilu 2024 Apakah Akan Banyak Caleg Yang Masuk Rumah Sakit Jiwa?

Senin, 9 Oktober 2023 - 16:10 WIB

Didukung 7 RT, Ketua RW024 Perum VGH Sahid Sutomo Lanjut Genapi 5 Tahun

Minggu, 6 Agustus 2023 - 13:49 WIB

Pengawasan Model Kerjasama Komisi Yudisial, Kepolisian dan KPK

Senin, 17 April 2023 - 21:30 WIB

Wow…!!!, Setahun Penyidikan di Kejati DKI Belum Ada Tersangka Korupsi?

Senin, 17 April 2023 - 15:13 WIB

Pesta Narkoba, Kepala UPTD Pajak dan Retrebusi Kota Bekasi Diciduk Polisi

Berita Terbaru

Bawaslu Kota Bekasi

Seputar Bekasi

Dugaan Money Politik Paslon 03 Dilaporkan ke Bawaslu Kota Bekasi

Senin, 2 Des 2024 - 23:39 WIB