BERITA BEKASI – Lepas dari mulut harimau, masuk ke dalam mulut buaya, sebuah peribahasa yang cocok untuk petani di Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Pasalnya, kelangkaan dan bau air di wiayah tersebut membuat petani menambah biaya ekstra untuk mengairi sawahnya.
Bahkan, tahun 2021, Pemerintah membentuk Kelompok Tani (Poktan) yang setiap anggota diberi kartu tani untuk mendapatkan pupuk bersubsidi.
“Untuk mengairi sawah selalu di pompa dengan mesin diesel, walaupun airnya bau. Sekarang punya kartu tani jadi bingung mau nyari pupuk bersubsidi dimana,” kata Adih saat di temui Matafakta.com, disawahnya, Sabtu (23/1/2021).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Diungkapkan Adih, sejak mempunyai kartu tani merasa sulit belanja pupuk di luar, sebab kartu tani tersebut sudah menunjuk toko yang menyediakan pupuk bersubsidi dari Pemerintah.
“Saya pernah coba ketoko yang ditujuk dan membawa kartu tani, ternyata toko tersebut belum menyediakan pupuk bersubsidi dari Pemerintah dan sekarang sawah saya sudah nandur,” ujarnya.
Sebelumnya, tambah Adih, setiap musim nandur sudah mencari dan belanja pupuk ke toko-toko yang menyediakan pupuk. Walaupun pupuk tidak bersubsidi, sekarang tidak boleh dengan alasan kartu tani dan tokonya pun sudah ditunjuk di masing masing wilayah.
“Punya kartu tani tidak boleh belanja pupuk di luar, harus nunggu pupuk bersubsidi kapan turunya pupuk, saya juga ngak tahu. Ketua kelompok taninya juga ngak jelas, seharusnya melihat petani jangan nunggu triakan petani,” pungkasnya. (Usan)