BERITA JAKARTA – Sekarang Jakarta dilanda banjir hebat, ini juga merupakan pembiaran yang disengaja meski sebenarnya dan seharusnya bisa di handle atau ditangani dengan baik jika ada kemauan. Permasalahannya ialah tidak mau, karena alasan klise dari kinerja buruk sang Gubernur DKI Jakarta.
“Seperti halnya ungkapan Ketum Nasdem Surya Paloh yang menyampaikan pesan bahwasanya alam semesta berkehendak, terkait dengan dukungan bakal calon Presiden 2024,” sindir Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (Laksamana), Samuel F. Silaen kepada Matafakta.com, Jumat (8/10/2022).
Jawaban nyata, sambung Silaen, tidak pakai lama-lama, kini Tuhan langsung bersaksi dengan caranya sendiri. Kadang manusia mudah berkata-kata manis dan gurih didengar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Sama seperti sosok bakal calon Presiden usungan Partai Nasdem yang terkenal dengan retorika alias tata bahasa yang memukau pendengar namun miskin tindakan dan cenderung ngibul,” cletuk Silaen.
Dikatakan Silaen, pemimpin harusnya berpikir komprehensif dan terpadu bukan hanya pencitraan tok. Sulit dibayangkan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang kalau model pemimpin demikian.
“Tapi, terus menerus disodorkan kepada rakyat untuk dipilih seolah olah tidak ada lagi calon pemimpin bangsa yang berkarakter unggul,” ucap Silaen.
Sebenarnya, lanjut Silaen, persoalan yang paling mendasar yang dihadapi Jakarta adalah banjir, kemacetan, air bersih, sanitasi dan kesehatan, pendidikan serta keberagaman.
“Sehingga parameter keberhasilan mengelola Jakarta sebagai barometer Indonesia adalah dengan memberi solusi atas persoalan yang ada tersebut,” jelas Silaen.
Alam semesta merupakan karya Tuhan maha pencipta yang harus dikelola secara professional dan berkeadilan sosial.
“Supaya negeri ini maju dan berkembang seperti negara maju pada umumnya. Rakyat makmur dan sejahtera bersama,” tutur Silaen.
Jadi, kata Silaen, baru diperiode saat ini pemahaman pengendalian banjir terjebak dengan istilah ‘normalisasi’ dan ‘naturalisasi’, sehingga pengendalian banjir Jakarta tidak tertangani dengan tindakan progresif.
“Oleh karena itu, dengan fakta baru terjadi 2 kali intensitas hujan yang tinggi Jakarta telah surplus air, maka jelang memasuki bulan Desember-Januari saya hanya bisa menghimbau warga Jakarta harus lebih antisipatif dan waspada,” pesan Silaen.
Silaen pun berpesan, kepada siapapun nanti yang akan dipercaya menjadi Pj. Gubernur DKI Jakarta harus siap kerja ekstra menangani program pengendalian banjir.
“Keadaan banjir ini, sebagai skala sangat prioritas sebagai kompensasi 5 tahun terakhir yang tidak diurus secara optimal,” pungkas Silaen. (Sofyan)