Gaya Komunikasi Marah Risma Justru Membuat Publik Tak Simpati

- Jurnalis

Selasa, 5 Oktober 2021 - 07:17 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

BERITA JAKARTA – Pengamat politik Bambang Arianto menilai gaya komunikasi Risma yang kembali menampilkan karakter marah-marah justru membuat publik tidak simpati.

Pasalnya menurut peneliti media sosial Institute for Digital Democracy (IDD) ini gaya komunikasi marah-marah yang berulang-ulang, kerap menimbulkan dugaan seperti sebuah kesenganjaan untuk menarik simpati publik.

“Memang kita akui bahwa diawal-awal era reformasi, gaya komunikasi marah-marah tentu akan mendapat banyak simpati publik. Sebab, kala itu memang kita sulit menemukan pemimpin atau pejabat publik yang berani tegas, apalagi berani memarahi bawahannya ketika melakukan kesalahan didepan umum,” kata Bambang, Senin (4/10/2021).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tapikan, lanjut Bambang, konteks kekiniaan tentu sangat berbeda. Apalagi dengan makin pentingnya media sosial dalam kehidupan masyarakat, membuat setiap orang akan cepat menerima informasi tersebut.

“Bayangkan saja, bila setiap saat orang disuguhi video marah-marah secara berulang-ulang kali, tentu akan membuat bosan dan semakin membuat publik tidak bersimpati,” ulas Bambang menilai.

Dampak negatif lainnya tentu gaya marah-marah ini bisa menjadi bumerang bagi masa depan politik Risma kedepan. Sebab di era media sosial, konten marah-marah ini akan bisa saja dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk dikemas menjadi konten negatif dengan tujuan menjatuhkan nama baiknya.

“Padahal pasti kita tahulah, seorang figur politik seperti Bu Risma tidak mungkin tidak memiliki kepentingan untuk terus berkontestasi dalam kancah politik masa mendatang. Apalagi kabarnya Bu Risma akan ikut berkontestasi di Pilkada DKI Jakarta,” ungkapnya.

Artinya, tambah Bambang, akan lebih bijak, bila Risma juga mendengar masukan para peneliti atau pengamat untuk berani menurunkan tensi marah-marahnya didepan umum.

“Sebab bagaimanapun masyarakat Indonesia memiliki karakter yang masih taat dengan nilai-nilai sosial seperti selalu berempati dan saling menghargai orang lain. Artinya, kalau bisa dibicarakan baik-baik mengapa harus marah-marah,” pungkasnya. (Sofyan)

Berita Terkait

Aktivis Lingkungan, KEMAH Indonesia Gelar Milad Ke-8 “Potong Tumpeng dan Santunan”
Kunjungan Jaksa Agung Ibarat Orang Tua Menemui Anaknya
Sikap Pimpinan MPR Rencana Amandemen UUD 1945 Setelah Pemilu di Apresiasi
Ribuan Buruh Berbagai Aliansi di Karawang Konvoi Menuju Istana Negara
Uang Nasabah Ludes, LQ Indonesia Law Firm Ungkap Penipuan Skema Ponzi
Tetap Jaga Prokes, Ada 1.626 Kasus Omicron di Indonesia
Menteri BUMN Minta Kejaksaan Usut Dugaan Korupsi Sewa Pesawat
Komnas PA Murka Kasus Kekerasan Seksual 13 Anak di Bangun Purba
Berita ini 1 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 7 Mei 2024 - 01:08 WIB

PT. Polo Ralph Lauren Minta Penggantian Hakim Sengketa Merek di MA

Senin, 6 Mei 2024 - 15:51 WIB

Bebaskan Charlie Chandra, Alvin Lim Ungkap Strategi Kemenangan Lawan 9 Naga

Minggu, 5 Mei 2024 - 13:31 WIB

Cerdas Keuangan, Alvin Lim: Investasi Options Lebih Baik Dari Saham

Sabtu, 4 Mei 2024 - 19:17 WIB

Alvin Lim Gelar “Training Options Batch 2” Ajarkan Masyarakat Melek Investasi

Jumat, 3 Mei 2024 - 10:32 WIB

Kasus Panji Gumilang, Alvin Lim: Kenapa Dana Yayasan Dipindah ke Rekening Polri?

Jumat, 3 Mei 2024 - 09:18 WIB

Nasabah PT. Asuransi Allianz Tunjuk LQ Indonesia Law Firm Jadi Kuasa Hukum

Kamis, 2 Mei 2024 - 13:17 WIB

KOPPAJA Desak Jaksa Agung Tangani Kasus Korupsi Rp1 Triliun di Banten

Kamis, 2 Mei 2024 - 10:09 WIB

Kuasa Hukum Korban Investasi Bodong DNA Pro Buatkan Surat Terbuka

Berita Terbaru

Karyawan PT. Polo Ralph Lauren Indonesia

Berita Utama

PT. Polo Ralph Lauren Minta Penggantian Hakim Sengketa Merek di MA

Selasa, 7 Mei 2024 - 01:08 WIB