BERITA JAKARTA – Politikus senior PDIP, Dr. Kapitra Ampera, memprediksi kegaduhan akan terus berlanjut terus hingga sampai perebutan kekuasaan.
“Kegaduhan ini tampaknya belum akan selesai sampai agenda-agenda terselubung untuk perebutan kekuasaannya tercapai,” kata Kapitra kepada Matafakta.com, Minggu (18/10/2020).
Untuk itu, Kapitra meminta rakyat waspada dan harus bersikap tegas untuk menolak dipengaruhi. Lebih baik tetap fokus dengan kesehatan diri, negara pun tidak akan diam dan biarkan hal buruk terjadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Mereka yang mempunyai hasrat dan ambisi nafsu kekuasaan, seperti tak lagi peduli dengan bangsa dan terus membuat kegaduhan politik,” ungkapnya.
Setelah itu, mereka kemudian menyerang sisa energi dengan memunculkan isu-isu yang tidak produktif, strategis pun krusial yang tidak henti diciptakan.
“Ada yang dalam diam namun sibuk menebar kebencian melalui jaringan dunia maya dan ada yang terang-terangan menghujat dan menghasut di depan umum,” sindirnya.
Bahkan sebagian, sambung Kapitra, mengahasut dan turut dalam demonstrasi yang merusak, sehingga menimbulkan korban dan kerusakan seperti fasilitas umum.
“Saya juga tidak heran jika ada kata – kata seperti, bunuh, gantung dan kata-kata kotor lainnya yang kerap terdengar diberbagai gerakan aksi demo saat ini yang memanfaatkan iklim demokrasi,” jelasnya.
Menurut Kapitra, Indonesia, memang memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berpendapat, berpolitik dan bebas untuk mengkoreksi serta mengkritisi jalannya pemerintahan.
“Hal ini baik bagi perlindungan hak masyarakat dan jalannya pemerintahan, namun sayangnya kebebasan dalam demokrasi itu dijadikan alat politik kekuasaan yang agitatif dan destruktif bagi sekelompok masyarakat,” imbuhnya.
Bagi pihak yang mengincar kekuasaan yang sah, kebebasan berpendapat menjadi corong untuk membuat kegaduhan, sehingga tak salah masyarakat jadi berprasangka buruk terhadap kinerja dan kebijakan pemegang kekuasaan saat ini.
Suhu politik, tambah Kapitra, sengaja dibuat panas dari dimunculkannya politik identitas, promodial, hingga rasialis.
“Kegaduhan-kegaduhan sengaja diciptakan untuk diproyeksikan kepada masyarakat, seakan-akan segala kesulitan adalah akibat dari tidak becusnya Pemerintah dalam mengelola negara,” pungkasnya. (Indra)