BERITA BEKASI – Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Bekasi 2024 semakin mendekat, sementara peta elektabilitas mulai menunjukkan persaingan yang cukup ketat.
Hal tersebut, berdasarkan hasil survei Etos Indonesia Institute (EII) terhadap tiga pasangan Calon Kepala Daerah (Cakada) Kota Bekasi sebagaimana dalam rilis terbarunya, Sabtu 12 Oktober 2024.
Direktur Eksekutif Etos Indonesia Institute, Iskandarsyah menyebut, dari tiga pasangan Cakada Kota Bekasi, elektabilitas Paslon Nomor Urut 1, Heri Koswara-Solihin diposisi puncak survei.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sementara, posisi kedua ditempati pasangan Nomor Urut 3, Tri Adhianto-Harris Bobihoe yang selanjutnya posisi ketiga ditempati pasangan Nomor Urut 2, Uu Saeful Miqdar-Nurul Sumarheni.
Namun demikian, Iskandar menilai persaingan ini masih terbuka hingga hari pemungutan suara yang dijadwalkan berlangsung 27 November 2024 mendatang.
Iskandar mengungkapkan, survei melibatkan 1200 responden dengan margin eror 2,23 persen dengan tingkat kepercayaan 96 persen.
Adapun survei dilaksanakan pada 1–10 Oktober 2024. Survei dilakukan secara random secara acak disetiap Kecamatan yang ada di wilayah Kota Bekasi Jawa Barat,
Hasilnya pasangan Heri Koeswara-Sholihin memperoleh hasil 38,7 persen, disusul tempat kedua Tri Adhianto Tjahyono–Abdul Harris Bobihoe dengan 26,8 persen.
Kemudian, posisi ketiga ditempati pasangan Uu Saeful Mekdar–Nurul Sumarheni dengan presentase 23,1 persen dan sisanya yang menyatakan abstein 11,4 persen.
Dikatakan Iskandar, naiknya presentase pasangan Herkos-Sholihin dikarenakan kinerja pasangan tersebut dalam menggalang dukungan dan menggerakkan mesin Partai koalisinya dianggap baik dan banyak manfaat oleh warga Kota Bekasi,
“Hari ini memang rakyat perlu calon Kepala Daerah yang bekerja nyata, selain itu tidak ada kasus korupsi yang membayang-bayangi bagi para kandidat dibelakang hari,” ujar Iskandar, Senin (14/10/2024).
Berdasarkan survei Etos, mayoritas masyarakat Kota Bekasi tidak mau lagi jika Kepala Daerahnya kembali menjadi tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk yang ketiga kalinya.
“Masyarakat Kota Bekasi juga tidak mau lagi dibayang-bayangi faksi koruptor yang berkepanjangan. Desakan adanya bersih-bersih dilingkungan pemerintahan saat ini cukup kuat,” katanya.
Menurut dia, merosotnya elektabilitas Tri Adhianto dalam hasil survei Etos diprediksi lantaran mencuatnya tudingan adanya dugaan korupsi terhadap mantan Wali Kota Bekasi itu tengah menjadi sorotan publik.
“Ramainya pemberitaan terkait dengan dugaan korupsi yang menyeret salah satu Cakada maka sudah barang tentu menjadi sentimen negatif bagi masyarakat,” ucapnya.
Iskandar juga menilai masyarakat Kota Bekasi sepertinya sudah banyak mengambil pelajaran yang berharga bagaimana untuk mencari pemimpin yang ideal setelah dua Kepala Daerah sebelumnya ditangkap KPK.
“Salah satunya masyarakat saat ini dapat melihat rekam jejaknya atau mencari referensi melalui jejak digital calon Walikota yang akan dipilihnya. Apakah pernah dilaporkan dan atau terseret kasus korupsi maupun pelanggaran hukum lainnya,” pungkas Iskandar. (Dhendi)