BERITA BEKASI – Di dalam negara demokrasi, keberadaan dan perkembangan lembaga survei memang wajar adanya karena merupakan wujud dari partisipasi publik.
Hal itu dikatakan penggiat sosial, Agus Budiono menanggapi adanya hasil survei yang sementara mengunggulkan mantan Walikota Bekasi, Tri Adhianto.
“Ya…sah-sah aja kan mereka yang punya survei. Tapi kalau klaim keberhasilan soal tangani Covid-19 itu masa Walikota Rahmat Effendi, beliau masih Wakil,” terang Agus, Jumat (31/5/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Agus, bicara survei kebanyakan orang masih beranggapan bahwa hasil survei tidak bisa dipercaya lantaran sudah tercampur dengan berbagai kepentingan.
“Ada pula yang menyebut bahwa survei tidak berguna lantaran merupakan hasil rekayasa suatu kelompok yang menargetkan seseorang untuk menang,” imbuhnya.
Diakui Agus, meski bersifat kajian namun dalam perkembangannya sebuah hasil survei dapat turut mempengaruhi konstelasi politik dalam baik itu pemilihan Kepala Daerah maupun Presiden.
“Ada juga pihak-pihak yang merasa dirugikan sampai akhirnya menuding lembaga survei hanya memenuhi pesanan kelompok tertentu saja, sehingga menghasilkan data yang tidak akurat,” ujarnya.
Untuk itu, lanjut Agus, penting rasanya melihat sebuah survei secara bijak, rasional, serta tidak diganggu oleh sentimen emosional maupun ambisi.
“Survei dalam politik tentu bermanfaat dalam sebuah kontestasi politik, sejauh metodologi yang dijalankan benar, maka hasil survei tentu sangat bisa dipertanggungjawabkan,” tuturnya.
Sebab, kata Agus, survei bukanlah pengukuran resmi, melainkan semacam petunjuk arah angin dalam ketidakpastian. Sebab hasilnya dapat berubah dan tidak sesuai kajian.
“Perlu dicatat bahwa survei hampir memberikan pengaruh elektoral, termasuk kepada mereka yang masih ragu-ragu. Momen inilah bagi kelompok tertentu untuk menarik suara melalui hasil surveinya,” ujarnya.
“Karena orang memilih karena mengikuti arus besar dari survei selain ada masyarakat yang memilih karena merasa simpati pada pihak yang tidak unggul dalam survei,” sambungnya.
Selama ini, tambah Agus, masyarakat menganggap hasil survei bisa dijadikan pegangan untuk mengetahui siapa yang akan menang dan kalah dalam pemilihan calon pemimpin.
“Tapi ternyata anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Terlebih lagi masyarakat sekarang sudah tidak awam informasi diera digital untuk melihat latar belakang seseorang,” pungkasnya. (Dhendi)