Pengamat: Menanti Keputusan MK Ekstra Ordinary White Crime Kekuasaan

- Jurnalis

Kamis, 18 April 2024 - 20:10 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto: Samuel F Silaen

Foto: Samuel F Silaen

BERITA JAKARTA – Hilangnya kepercayaan maka apapun penjelasannya tidak akan dapat meyakinkan orang yang sudah dikadali. Apalagi, diharapkan untuk mengikuti atau mendukungnya.

“Ini problematika yang sangat krusial dan penting untuk menjalankan berbagai agenda politik yang bersentuhan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara diberbagai aspek kehidupan,” terang pengamat politik Samuel F Silaen kepada Matafakta.com, Kamis (18/4/2024).

Bila kepercayaan rakyat, kata Silaen, sudah mulai terkikis, maka apapun yang disampaikan atau dikatakan oleh Pemerintah tidak akan bisa diterima akal sehat, karena rakyat waras merasa dibohongi dan ditipu mentah-mentah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Terkait pelaksanaan Pemilu 2024 yang diduga kuat terjadi kecurangan Terstruktur, Sistematis dan Masif atau TSM sepertinya tak terbantahkan meskipun sudah berusaha ditutupi dengan berbagai cara untuk meyakinkan rakyat,” jelasnya.

Dilanjutkan Silaen, melihat kasus Perselisihan Sengketa Pilpres tahun 2024 yang dituangkan dalam Nomor 1 dan 2/PHPU.PILPRES.XXII/2024, dimana dalam gugatan yang diajukan Pemohon 1 dan Pemohon 2 adalah akibat cawe-cawe penguasa.

“Cawe-cawe penguasa itu untuk memuluskan salah satu pasangan calon sebagai penerima bantuan dan manfaat atas intervensi yang dilakukan lewat kebijakan tersembunyi,” ungkap Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (LAKSAMANA).

Dugaan kuat adanya pelanggaran Pemilu yang melibatkan Aparat Pemerintah, Presiden dan jajarannya, KPU, Bawaslu dan malpraktik keputusan peradilan Mahkamah Konstitusi (MK) dengan amar putusan No. 90 /PUU.XXI/2023, tentang Batas Usia Minimal Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden.

“Pegiat demokrasi mendorong kewenangan MK yang seolah-olah hanya menyelesaikan perselisihan jumlah suara antara masing- masing peserta Pemilu, sehingga setiap kali MK menyidangkan perselisihan Pemilu atau Pilpres diidentikkan dengan MK,” kata Alumni Lemhanas Pemuda 2009 itu.

Baca Juga :  Dugaan Korupsi Naskah Akademik Mandek di Polda Metro Jaya

“Sebab apa yang terungkap dipersidangan MK jelas terlihat keterlibatan atau campur tangan penguasa dalam memenangkan salah satu Pasangan Calon atau Paslon,” tambah Silaen yang juga mantan fungsionaris DPP KNPI ini.

Menurutnya, prilaku terselubung penguasa inilah yang merusak kepercayaan publik hingga mulai memudar dan menimbulkan dampak serius yakni distabilitas sosial diberbagai sektor kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Juga dapat merusakkan seluruh sendi-sendi kehidupan berbangsa bernegara di semua level akibat dari intervensi atau ‘cawe- cawe’ penguasa beserta antek-anteknya,” bebernya.

Kewenangan MK Bisa Mengevaluasi UU

Masih kata Silaen, bila melihat tugas dan kewenangan MK bukan saja menyelesaikan persoalan perselisihan angka-angka Pemilu atau Pilpres, tetapi jauh lebih besar yakni bisa mengevaluasi Undang-Undang (UU) yang melenceng pelaksanaannya.

Artinya, apakah sudah sesuai dan selaras dengan UUD 1945 Pasal 22 C ayat (1) dan proses pelaksanaan Pilpres itu juga apakah sudah sesuai dengan UUD 1945 Pasal 22 E, tentang pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

“Kecurangan Pilpres 2024 terlihat jelas dari berbagai protes keras masyarakat, tentu saja ini sulit dibuktikan, karena adanya mobilisasi aparatur oleh penguasa secara tersembunyi, bila tidak melibatkan kekuasaan maka tidak mungkin terjadi,” imbuhnya.

Artinya, kecurangan itu dimulai dari tiap-tiap tahapan Pemilu atau Pra Pelaksanaan (Pendaftaran), Pelaksana (Masa Kampanye atau Pencoblosan) dan Pasca Pelaksanaan (Perhitungan si Rekap atau Berjenjang). KPU dan Bawaslu tidak menjalankan sesuai perintah Undang Undang itu sendiri.

Baca Juga :  Reaksi Kejagung Soal Vonis Rendah Kasus Timah Harvey Moeis

“Sehingga Pelaksanaan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2024 yang diindikasi banyak kecurangan dengan melibatkan unsur, Pemerintah, KPU, Bawaslu dan MK. Tidak bisa kita berpatokan pada UU seolah tahapan tahapan itu sudah dilaksanakan dan diakui kebenarannya,” tutur Silaen.

Padahal kita disuguhkan dengan berbagai bukti-bukti bahwa Ketua MK yang memutuskan Putusan No. 90 dinyatakan bersalah dan melakukan pelanggaran oleh MKMK. Lalu KPU juga dihukum bersalah dan melakukan Pelanggaran sampai 5 kali oleh DKPP.

Publik mendorong kemandirian dan profesionalitas hakim- hakim MK bukan saja memutuskan untuk menegakkan keadilan semata, tetapi MK juga memiliki peran untuk menegakkan marwah konstitusi yang sudah dikangkangi oleh penguasa.

“Menanti keberanian yang mulia para hakim MK untuk membuat keputusan yang menjadi tonggak sejarah penting Penegakan Hukum yang sudah terciderai oleh penguasa dan antek-anteknya,” sebut Silaen.

Masih kata Silaen, seharusnya penyelenggara Pemilu, Pengawas Pemilu itu harus independen. Disinilah publik mendorong dan mendukung MK terkait Penyelesaian Sengketa Pilpres dapat dituntaskan  dengan seadil- adilnya guna tegaknya konstitusi dan tegaknya hukum sesuai amanah UUD 1945 dapat tercapai.

“Keputusan yang mulia para Hakim MK saat ini sangat ditunggu 270 juta rakyat Indonesia dan miliaran mata memandang penegakan Demokrasi di Indonesia saat ini. Ini salah satu caranya untuk mengembalikan tingkat kepercayaan publik yang memudar,” pungkasnya. (Indra)

Berita Terkait

Mata Hukum Ingatkan PT. Timah Gugat Para Terdakwa
KOMPI Indonesia Bakal Gelar Aksi Besar-Besaran Soal Pagar Laut Ilegal
Ali Hanafia Lijaya Disebut Dalam Polemik Pemagaran Laut 30 KM
IMI Desak KPK Usut Dugaan Korupsi Proyek di Kementerian Perhubungan
Presiden Optimalkan Peran Satgas Tata Kelola Industri Kelapa Sawit
Tim Intelijen Kejati Jakarta Tangkap Terpidana Penipuan
AKHERA: Kesaksian Eks Penyidik KPK Meyakini Polda Metro Jaya
Meski Kecipratan Suap Ketua PN Surabaya Tak Jadi Tersangka
Berita ini 156 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 11 Januari 2025 - 22:00 WIB

Mata Hukum Ingatkan PT. Timah Gugat Para Terdakwa

Sabtu, 11 Januari 2025 - 16:22 WIB

KOMPI Indonesia Bakal Gelar Aksi Besar-Besaran Soal Pagar Laut Ilegal

Sabtu, 11 Januari 2025 - 14:24 WIB

Ali Hanafia Lijaya Disebut Dalam Polemik Pemagaran Laut 30 KM

Sabtu, 11 Januari 2025 - 11:15 WIB

IMI Desak KPK Usut Dugaan Korupsi Proyek di Kementerian Perhubungan

Sabtu, 11 Januari 2025 - 10:41 WIB

Presiden Optimalkan Peran Satgas Tata Kelola Industri Kelapa Sawit

Berita Terbaru

Kasatpol PP Kabupaten Bekasi: Surya Wijaya

Seputar Bekasi

FKMPB Pertanyakan Kinerja Kasatpol PP Kabupaten Bekasi

Senin, 13 Jan 2025 - 00:44 WIB

Kantor Pemerintahan Kabupaten Bekasi Jawa Barat

Seputar Bekasi

FKMPB: Pj Bupati Bekasi Kalah Sakti Dengan Kadis DPMD

Senin, 13 Jan 2025 - 00:40 WIB

Foto: Sekjen Mata Hukum, Mukshin Nasir

Berita Utama

Mata Hukum Ingatkan PT. Timah Gugat Para Terdakwa

Sabtu, 11 Jan 2025 - 22:00 WIB

Foto: Berbie Komalasari, Tommy Uno dan Dhea Bacan

Entertainment

Pengusaha Tommy Uno Terima Lukisan Belanda Dari Ketua Umum PJSI

Sabtu, 11 Jan 2025 - 21:44 WIB

Panglima TNI Tinjau dan Uji Senjata Produk PT. Pindad

Berita TNI

Panglima TNI Tinjau dan Uji Senjata Produk PT. Pindad

Sabtu, 11 Jan 2025 - 18:54 WIB