BERITA BEKASI – Mantan Ketua Tim Sukses Pepen-Tri di Pilkada 2018, H. Sholihin akui secara objektif Walikota Bekasi non-aktif Rahmat Effendi (Pepen) banyak memberi prestasi bagi Kota Bekasi, Jawa Barat.
Dikatakan Sholihin, saat 2018 survey elektabilitas ketokohannya diatas 70 persen, sehingga saat itu ada pernyataan nyeleneh, siapapun calon Wakil Walikota Bekasi dari Rahmat Effendi pasti menang.
“Ketika itu, sampai ada kata yang cukup nyeleneh ditengah masyarakat Kota Bekasi yang mengatakan, Petahana calon Walikota Bekasi dipasang dengan sandal jepit pun pasti jadi,” ucap Sholihin, Rabu (21/9/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sekarang, pria yang akrab disapa Gus Shol itu menyayangkan pasca peralihan kepemimpinan dipegang oleh Tri Adhianto selaku Plt Walikota Bekasi banyak catatan yang disoroti publik dan mengalami penurunan prestasi.
“Pertama kita ingatkan untuk tetap berpatokan pada RPJMD pasangan Pepen-Tri yakni Kota Bekasi yang Maju, Kreatif, Sejahtera dan Ikhsan. Jangan banyak pencitraan,” sindir Gus Shol.
Kedua, sambung Gus Shol, kebijakan mutasi Eselon III dan IV yang sudah dua kali dilakukan ternyata tidak efektif menyelesaikan persoalan dan lebih bernuansa politis.
“Ketiga, Plt Walikota Bekasi belum mampu menjaga harmonisasi dan kordinasi yang baik di kalangan jajaran ASN Pemerintah Kota Bekasi,” tuturnya.
Keempat, lanjut Gus Shol, serapan anggaran sejak dipimpin Plt Walikota Bekasi Tri Adhianto sangat rendah hingga dibawah 50 persen.
“Kalau pemasukan PAD harus objektif saya menilai sudah mulai bergerak naik. Itu bagus lah harus ditingkatkan lagi,” tambahnya.
Terkait komunikasi dengan partai pengusung seperti PPP, PAN, Demokrat, PKB, Hanura Nasdem. Plt Walikota Bekasi, Tri Adhianto terlihat kasat mata oleh publik seolah menjauh.
“Padahal partai-partai tersebut lah yang dulu mendukung beliau. Tapi sekarang tidak pernah lagi ada komunikasi yang baik selayaknya tim pengusung,” ungkapnya.
Gus Shol mengingatkan Tri Adhianto untuk mengantisipasi terjadinya inflasi keuangan daerah. Sejak kenaikan harga BBM daya beli masyarakat ikut menurun seiring lonjakan harga kebutuhan pokok masyarakat.
Kita punya, tambah Gus Shol, anggaran BTT (Biaya Tak Terduga) sebanyak Rp174 miliar yang bisa dipergunakan untuk membantu meringankan beban masyarakat.
“Pasalnya, BLT dari Pemerintah Pusat banyak data yang tidak sinkron, sehingga tidak tepat sasaran. Nah di situ peran Pemerintah Kota Bekasi bisa ikut membantu masyarakat,” pungkasnya. (Mul)