BERITA JAKARTA – Pengamat politik digital Bambang Arianto menilai bahwa tudingan keterlibatan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir dalam jejaring bisnis Polymerase Chain Reaction (PCR) hanya opini liar dengan tujuan merusak reputasi.
Menurut peneliti Institute for Digital Democracy (IDD) tudingan ini bisa dikatakan opini liar, karena tidak disertai data ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan.
“Artinya, opini liar ini sengaja dihembuskan dengan tujuan kepentingan politik. Apalagi kita ketahui kontestasi Pemilu 2024 semakin dekat dan tentulah persaingan antar kandidat politik akan semakin ketat,” kata Bambang kepada Matafakta.com, Rabu (10/11/2021).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dengan kata lain, sambung Bambang, tudingan tanpa data ini, bisa saja bertujuan untuk menghentikan gerak langkah Erick Thohir melaju menjadi salah satu kandidat terkuat dalam Pemilu 2024.
“Apalagi, ketika saya lacak di linimasa media sosial, ternyata opini liar ini terus digoreng oleh akun-akun buzzer yang sengaja memanipulasi fakta yang sebenarnya. Apalagi, di era demokrasi digital seperti saat ini, siapa saja bisa membuat opini liar dengan tujuan menjatuhkan lawan politik,” jelasnya.
Kendati demikian, lanjut Bambang, opini liar ini tidak begitu berdampak buruk pada masa depan politik Erick Thohir. Pasalnya, sosok Erick Thohir ketika memimpin Kementerian BUMN sudah banyak menorehkan prestasi luar biasa dan publik pun bisa merasakan hasil kinerjanya secara langsung.
Dengan kata lain, tambah Bambang, Menteri Erick Thohir sosok profesional, sehingga tidak mungkin mau mempertaruhkan kuasanya hanya demi mengejar kepentingan ekonomi sesaat.
“Kedepan, akan lebih bijak lagi bila Menteri Erick Thohir terus fokus bekerja agar publik bisa menilai sendiri bahwa opini liar ini hanya permainan segelintir orang untuk merusak reputasi,” pungkasnya. (Sofyan)