BERITA GRESIK – Aat Surya Safaat (58) tak menyangka bakal bertemu tokoh-tokoh dunia seperti Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Butros Butros Ghali dan tokoh Internasional lainnya.
Betapa tidak, anak Kepala Desa kelahiran 20 Desember 1963 di Pandeglang, Banten yang kini menjadi konsultan komunikasi dan penguji kompetensi wartawan tersebut memulai pendidikan tinggi di Jurusan Hubungan Internasional (HI) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur.
Lulus tahun 1986, Aat panggilan akrabnya justru diterima sebagai wartawan di Kantor Berita Antara. Dari 200 pelamar, hanya 18 orang yang diterima. Bahkan, Aat menjadi terbaik 1 dari 18 pelamar di Perusahaan milik BUMN tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Saya justru menjadi terbaik 1 dari 18 orang yang diterima,” kenang Aat dalam perbincangan ringan dengan awal media saat menjadi penguji pada Uji Kompetensi Wartawan yang digelar Komunitas Wartawan Gresik (KWG) bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Sabtu (24/9/2021).
Dikatakan Aat, saat menjalani pendidikan sekolah jurnalis di LKBN Antara, dirinya mendapat pengalaman menarik mendapatkan tugas meliput berita Pertanian dan Kehutanan, sehingga bisa keliling Indonesia bersama Menteri Pertanian.
“Di situlah justru ada hikmahnya. Saya bisa keliling Indonesia bersama Menteri Pertanian,” cerita Aat sambil memberikan motivasi kepada para jurnalis yang tergabung dalam Komunitas Wartawan Gresik (KWG).
Pada tahun 1993 hingga 1998, bapak dua anak tersebut terpilih sebagai Kepala Biro Kantor Berita Antara di New York, Amerika Serikat. Saat itulah, Aat bertemu dengan tokoh-tokoh besar dunia seperti Presiden AS dan Sekjen PBB.
“Saat itu saya bisa bertemu dan berkenalan dengan Presiden AS, Bill Clinton dan Sekjen PBB waktu itu dijabat Butros Butros Ghali,” ungkap Aat.
Bahkan, lanjut Aat, dia berkesempatan keliling dunia dengan biaya perjalanan gratis dalam menjalankan tugas pekerjaannya sebagai jurnalist LKBN Antara yang memperluas daya jangkau liputan berbagai peristiwa diseluruh dunia dan berbagai organisasi pers di luar negeri.
“Saya kadang sarapan di Singapura, makan siang di Jepang dan makam malam di New York” ujar Aat dengan penuh keakraban.
Saat ini, tambah Aat, pulang ke Indonesia bekerja sebagai konsultan komunikasi, termasuk menjadi penguji kompetensi wartawan yang digelar Dewan Pers (DP).
“Untuk menjadi wartawan yang bagus dan profesional, harus menguasai bahasa inggris sebagai alat komunikasi Internasional. Itu kuncinya,” pungkasnya. (Nining)