BERITA JAKARTA – Ada yang menarik untuk dibedah mengenai fenomena relawan- relawan pendukung Capres yang sampai saat ini “bilangnya” menunggu arahan atau petunjuk Joko Widodo (Jokowi) yang disampaikan Ketua Umum Pro Jokowi (Projo) secara terbuka lewat pemberitaan media massa. Projo dianggap salah satu organ relawan yang cukup besar dalam arti luas.
Hal itu, dikatakan Pengamat Politik dan Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (LAKSAMANA), Samuel F. Silaen di Jakarta dalam rilisnya yang diterima Matafakta.com, Senin (19/6/2023).
“Hingga saat ini belum ada keputusan yang diambil terkait dukung mendukung salah satu Capres meski tak dipungkiri bahwa hasil Konferensi Daerah atau Konferda Projo Sulawesi Selatan yang sudah menyampaikan dukungan secara terbuka kepada Prabowo Subianto – Airlangga Hartarto,” kutif Silaen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Meskipun itu, kata Silaen, hanya sinyalemen Projo tingkat Provinsi dan belum Projo Pusat. Namun kacamata politik terlihat jelas bahwa Projo sedang bermain dua kaki, artinya kira- kira siapa yang paling banyak memberikan manfaat atau keuntungan dalam konteks pemenangan Capres-Cawapres pada Pilpres 2024 mendatang.
Dikatakan Silaen, relawan kalau sudah besar memang sering ‘bertingkah’ dan itu dianggap lumrah karena memiliki jaringan yang kuat maka tidak dapat dipandang sebelah mata, karena itu Projo tidak mau terulang kembali apa yang terjadi pada pembagian kue kekuasaan 2019 yang hampir tidak mendapatkan ‘kue’ di periode keterpilihan Presiden Jokowi.
“Walau pun akhirnya Projo berhasil dapat bagian sebagai Wamen yang diwakili oleh Ketua Umumnya,” ujar Aktivis Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) itu.
Menurut Silaen, konstelasi politik ditingkat elite dan lokal sebenarnya kadang terputus karena adanya perbedaan kepentingan politik yang sedang berjalan meskipun ‘halus’ sebab relawan ditingkat daerah itu lebih nempel kepada kekuasaan yang ada di daerah tersebut agar bisa ‘hidup’.
“Sekarang kenapa Projo Sulawesi Selatan lebih memilih Capres Prabowo-Airlangga karena faktor x atau mungkin juga kedekatan emosional pimpinan Projo ditingkat lokal atau daerah tersebut,” papar Silaen.
Sembari menunggu waktu Projo tingkat pusat bernegosiasi, kemana Projo berlabuh sedang dinantikan oleh beberapa pihak. Sebab akan memicu politik makin ‘panas’ apabila beberapa ‘geliat’ daerah memutuskan berbeda dari yang akan diputuskan oleh Projo pusat nantinya.
“Bagaimana akhirnya jika keputusan pusat relawan Projo berbeda dengan daerah, apakah yang terjadi pada sikap relawan daerah tersebut? Ini tentu akan terjadi ekses- ekses negatif terhadap kesolidan organ mendukung Capres yang didukung,” imbuhnya.
Silaen menambahkan, perbedaan dukungan antara relawan pusat dan daerah tentu menimbulkan dualisme, problem seperti itu sering terjadi apabila tidak menemukan titik kesepakatan bersama atau lambatnya ‘logistik’ turun.
“Karena yang namanya relawan ditingkat daerah tentunya mendapat asupan nutrisi dan vitamin dari daerah dimana relawan berada, bukan dari organ relawan pusat,” pungkasnya. (Indra)