BERITA JAKARTA – Ketika wartawan tanya Gibran Rakabuming Raka terkait posisinya dipusaran politik nasional, Gibran biasa disapa menyampaikan bahwa apa-apa jangan selalu dikaitkan dengan sang Presiden Republik Indonesia, meskipun tak terbantahkan bahwa Gibran adalah anak sulung dari Joko Widodo.
Tak dapat dipungkiri, benar adanya bahwa Gibran dikenal public, karena pengaruh bapaknya yang seorang Presiden, kalau bukan maka akan beda ceritanya. Apakah perjalanan karier dan hidupnya akan seperti sekarang ini.
“Jawabannya bisa jadi berbeda dengan yang sekarang,” kata Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (Laksamana), Samuel F Silaen, di Jakarta (26/5/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Karier politiknya mulai terlihat setelah Gibran berhasil duduk di kursi orang nomor satu di Solo, perlahan Gibran mencoba keluar dari bayang-bayang politik sosok sang ayah. Itu dia lakukan agar tidak selalu dikonotasikan dengan ‘anak bawang’ yang tidak ngerti apa-apa tanpa sosok ayahnya.
Jadi beberapa hari belakangan ini, Gibran jadi trending topik karena pertemuan yang dilakukannya bersama Ketua Umum (Ketum) Partai Gerindra, terpotret ada kedekatan ‘spesial’ Walikota Solo dengan Menteri Pertahanan RI itu.
“Karena sekarang memasuki tahun politik maka apapun gestur yang tampak di depan publik akan selalu dikait-kaitkan dengan politik praktis,” tebak Silaen.
Gibran dengan baik mencoba mengikis bayang-bayang politik sang ayah yang selalu diseret-seret dihampir semua tindak tanduknya selama memimpin Kota Solo, Jawa Tengah.
“Dulunya banyak pihak yang meragukan kemampuan seorang Gibran memimpin Kota Solo ketika dinyatakan terpilih sebagai Walikota Solo,” papar Silaen.
Namun berbeda jauh dari estimasi yang muncul, bahwa Gibran mampu melakukan terobosan-terobosan baru diluar ekspektasi kebanyakan orang yang tidak menyukai munculnya dinasti politik Jokowi, sebab anak kandung kadung dan besannya yang juga Walikota Medan itu sudah disematkan stereotip negatif.
Dalam perjalanannya, lanjut Silaen, Solo menjadi Kota yang paling toleran terhadap umat beragama. Berbagai peristiwa hajatan nasional, termasuk perayaan keagamaan yang besar dilaksanakan di Kota Solo yang sangat meriah serta memberi kesan majemuk dan diayomi.
“Dan tokoh-tokoh penting Bangsa Indonesia juga sering mengunjungi Solo untuk sekedar ngopi dan ngobrol dengan Walikota Solo nyentrik itu,” terang Silaen.
Solo menjadi episentrum politik nasional yang menyedot perhatian elite politik nasional, sosok Gibran yang selalu menyampaikan pesan diluar pakem yang ada.
Gibran mengatakan dia adalah manusia yang merdeka dan tidak harus dikaitkan dengan ayahnya Presiden Jokowi yang sudah dua periode menjabat.
“Gibran harus bersyukur atas kesempatan yang dia dapatkan, meskipun tidak semua orang dapat kesempatan dapat membuktikan kemampuannya, ada banyak figur anak muda yang mungkin saja memiliki potensi dan kemampuan, tapi karena tidak mendapat kesempatan maka tidak muncul kepermukaan,” pungkas Silaen. (Indra)