BERITA JAKARTA – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sebagai partai politik Pemerintah atau boleh dikatakan sebagai pemenang kontestan Pemilihan Umum (Pemilu) dua periode itu terbukti selaras dengan keterpilihan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang kedua kali. Itu faktanya.
“Seperti pepatah merebut itu terkadang lebih mudah dari pada mempertahankannya. Hal ini menjadi tantangan dan peluang tersendiri bagi PDI-P yang kepingin kembali menang dan mayoritas menduduki peringkat pertama di Parlemen DPR RI,” ujar Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (Laksamana), Samuel F. Silaen di Jakarta, Senin (24/10/2022).
Silean pun menduga-duga secara politik PDI-P itu sedang galau berat menanti siapa orang yang tepat untuk dia dukung sebagai Capres dan yang bisa menyamai sekor keterpilihan seperti yang dimiliki oleh Presiden Jokowi, walau hal itu tidak mudah diwujudkan, semoga dugaan ini tidak bener adanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Memang, tak mudah bagi PDI-P untuk membuat sebuah keputusan yang tepat misalnya, apakah mendukung Puan Maharani yang sekarang duduk di kursi Ketua DPR RI? Atau mungkin saja masih ada figur lain yang akan didukung?,” katanya.
Sebab, sambung Silaen, kalau melihat tingkah laku PDI-P akhir- akhir ini sedikit banyak sangat terganggu dengan munculnya Capres Nasdem itu. Tak dipungkiri ini jadi beban pikiran Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.
“Siapa sosok yang dapat mengimbangi pamor Capres Nasdem itu. PDI-P tak punya sejarah untuk mengekor apalagi PDI-P sudah terbukti pernah oposisi dua periode diera Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Jadi tidak kaget apabila nantinya tidak sesuai harapan secara kepartaian,” tebak Silaen.
Jadi PDI-P sedang putar otak keras untuk memunculkan Capres yang dapat dukungan dan keterpilihan dari seluruh rakyat Indonesia. Hal ini memang tak mudah mengingat figur- figur kader PDI-P yang menyamai rekor Jokowi hanya ada sosok Gubernur Jawa Tengah, meskipun tak bisa disamakan sama persis dengan figur Jokowi saat itu.
“Sekedar sumbang saran buat PDI-P agar tidak melakukan blunder- blunder politik terkait dengan sosok figur yang akan dia dukung, tes ombak yang ada di publik agar tidak ditanggapi sinis dengan nada- nada ancaman, hal ini bisa berbeda dipersepsikan oleh akar rumput. Sebab jika salah langkah maka rada sulit meluruskannya,” jelas alumni Lemhanas Pemuda 2009 itu.
Silaen meluruskan persepsi akar rumput butuh effort lebih untuk meluruskan sikap- sikap dan perlakuan PDI-P terhadap kader yang dianggap seperti mbalelo, sejatinya PDI-P lah yang lebih tahu tentang sepak terjangnya kadernya. Dan tidak perlu ditanggapi berlebihan oleh DPP partai.
“Orang luar jangan sampai tahu semua isi dapur PDI-P sehingga tidak bisa lagi membuat kejutan- kejutan fantastis karena menu yang ada hanya itu-itu saja. Semua sudah berubah dan jangan sampai PDI-P tak ikut dengan perubahan yang ada,” pungkas mantan Fungsionaris DPP KNPI ini. (Sofyan)