BERITA BEKASI – Lagi, pekerjaan proyek pengecoran Jalan Lingkungan (Jaling) yang berlokasi di Perumahan Villa Gading Harapan (VGH) 3 RW 11, Desa Kedung Jaya, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, kurangi ketebalan 7 hingga 8 centimeter.
“Setahu saya ketebalan coran itu 15 centimeter, kok ini kayaknya tipis ya, pengerasannya juga cuma dikit pakai pecahan krikil atau abu batu begitu,” kata Samsul (52) salah seorang warga kecewa, Jumat (5/7/2024.
Dikatakan Samsul, warga senang Jalan Lingkungannya diperbaiki Pemerintah Daerah melalui Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Disperkimtan) Kabupaten Bekasi sebagai program peningkatan infrasetruktur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Tapi aneh kok pekerjaannya tipis dan terkesan dibiarkan seperti tidak ada pengawasan dari pihak terkait. Kan sayang jalan sudah bagus, tapi tidak bertahan lama karena terlalu tipis begitu,” tandasnya menyayangkan.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Lembaga Independen Anti Rasuah (LIAR), Nofal mengatakan, prilaku koruptif terus terulang setiap musim tahun anggaran peningkatan infrasetruktur diwilayah Kabupaten Bekasi.
“Kontraktor suka kurangi volume itu demi mendapatkan keuntungan besar dari pekerjaan yang didapatnya. Kontraktor yang dikeluhkan tersebut kita sudah dapat informasinya berinisial GP,” ungkap Nofal kepada Matafakta.com, Minggu (7/7/2024).
Pemborong, lanjut Nofal, berinisial GP ini, dikenal loyal kepada siapapun, termasuk sejumlah oknun Dinas, sehingga pekerjaannya selalu aman dari pengawasan meski perbuatannya telah merugikan Keuangan Daerah dari prilaku koruptifnya.
“Hampir semua volume pekerjaan yang dikerjakannya GP pasti dikurangi dan itu bisa kita buktikan bareng-bareng turun kelapangan cek bagaimana hasil pekerjaan GP agar tidak menjadi hoaks,” ungkapnya.
Lebih jauh Nofal mengatakan, kabarnya GP sering memakai sejumlah perusahaan milik rekannya, berganti ganti nama perusahaan untuk mendaptakan pekerjaan dari beberapa Dinas di Pemerintahan Kabupaten Bekasi.
“Sebelum pekerjaan mutu beton, lapisan pondasi bawah itu harus ada dari volume yang sudah ditentukan dan itu ada anggarannya,” jelas Nofal yang sudah mengetahui
Sedangkan, sambung Nofal, pekerjaan ini memakai agregat hanya beberapa meter saja, itupun agregat yang bukan kelas A. Parahnya lagi, selebihnya 80 persen LPB-nya memakai puing beton.
“Lagi-lagi pemasangan papan begisting yang seharusnya diatas ekisting itu terlihat masih dipendam dengan keadaan posisi LPB yang menumpuk ditengah, sehingga pengurangan volume ketebalan dalam ketinggian sangat jelas, 5-8 cm,” tuturnya.
Dengan fakta ini, tambah Nofal, pihaknya meminta Kepala Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman dan Pertanahan (DPRKPP) Kabupaten Bekasi, Nurchaidir untuk memerintakan bidang PSU melakukan pengambilan sampel dipekerjaan milik GP tersebut.
“Karena Pengawas dan Konsultan disetiap pekerjaan milik kontraktor berinisial GP tersebut, lebih banyak nongkrong diwarung dari pada mengawasi pekerjaan,” pungkasnya. (Saipul)