Kata Pengamat: Kegagalan Sipil Socieaty Rakyat Harus Bersatu Padu

- Jurnalis

Minggu, 25 Juni 2023 - 15:36 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Samuel F Silaen

Samuel F Silaen

“Kegagalan Sipil Society Yang Diharapkan Mampu Mengawal Orde Reformasi, Perubahan Yang Radikal Maka Rakyat Harus Bersatu-Padu”

BERITA JAKARTA – Orang Indonesia suka kepo deh, masalah kata atau kalimat saja diperdebatkan seperti mau perang yang dibahas bukan pada fungsi dan tujuannya. Seperti pribahasa ‘tak penting kucing itu warnanya hitam, coklat atau putih yang penting bisa dan mau tangkap tikus yang mencuri uang rakyat’.

Tak penting Presiden itu sebutan apa oleh partai politik yang usung atau rekomendasikan hingga bisa maju. Yang terpenting mau dan bisa memberikan kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Terus kalau hanya berhenti pada sebutan ‘petugas rakyat’ tapi kenyataannya tidak melayani rakyat Indonesia, lalu apa yang bisa rakyat Indonesia lakukan,” kata pengamat politik dan Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (LAKSAMANA), Samuel F. Silaen kepada wartawan di Jakarta, Minggu (25/6/2023).

Kalau mau ada perubahan yang radikal maka rakyat harus bersatu-padu dan bersikap yang tegas dan keras untuk memperbaiki kerusakan sistem reproduksi kepemimpinan nasional dan daerah yang semuanya dikendalikan oleh partai politik.

“Tak bisa maju jadi Capres kalau tidak didukung oleh partai atau gabungan partai politik, ini aturan Undang-Undang,” tegas Silaen.

Baca Juga :  Kantor Pemenang Tender Proyek Kejagung Senilai Rp199,6 Miliar Ngumpet

Semuanya dikendalikan oleh partai politik, semua sumber rekrutmen dan rejeki di politik itu juga dipegang dan dikuasai oleh partai politik. Terus apalah artinya ribut hanya soal istilah petugas partai vs petugas rakyat?

Tokh memang kenyataannya demikian. Terus rakyat mau apa, bisa apa dan dapat apa?,” tanya Silaen.

Soal hasil survey yang beda saja diributin yang nampak jelas didepan mata, terang- benderang saja dibiarkan oleh rakyat sendiri soal perampokan sumber daya alam. Justru inilah kegagalan sipil society yang diharapkan mampu mengawal orde reformasi ini, justru hanya elit saja yang menikmati.

“Pada era 98 ramai- ramai mendesak menurunkan mantan Presiden Soeharto cuma mau ganti pemain saja,” sindir Silaen.

Tokh hasil sekarang ini, kembali lagi ke era Soeharto hanya ganti pemain, (kutip: Mahfud MD malah sekarang korupsinya sangat parah) dengan pemain baru yang jauh lebih rakus dan tamak.

“Menyingkirkan orde baru dan berganti baju neo orde baru. Karena semua elit politik dan penguasa berkolusi untuk merampok harta kekayaan alam Indonesia,” kritik Silaen.

Apa yang mesti dibanggakan dari orde reformasi ini? orde reformasi banyak Lembaga, Komisi dan Satgas dibentuk cuma untuk bagi-bagi kekuasaan, karena kenyataannya miskin fungsi kecuali hanya untuk habiskan Anggaran Negara.

Baca Juga :  Miris...!!!, Kantor Pemenang Tender Ratusan Miliar Kejagung Tak Punya Karyawan

“Lalu saling sandera-menyandera diantara pihak-pihak pimpinan Lembaga atau Komisi itu sendiri. Tak ada manfaatnya bagi rakyat Indonesia,” beber Silaen.

Kekayaan alam yang tidak terbarukan itu habis dirampok oleh penguasa dan elite politik. Tanpa berusaha ‘mengerem’ agar sedapat mungkin masih bisa tersisa buat generasi penerus bangsa Indonesia ini.

“Kecuali bangsa Indonesia ini direncanakan bubar dalam waktu tertentu,” ucap mantan Fungsionaris DPP KNPI itu.

Kalau sumber daya alam Indonesia habis disedot karena keserakahan dan aji mumpung, lalu apakah penguasa dan kroninya saja yang layak hidup yang lain mati kabeh (semua). Angka kelahiran bangsa Indonesia ini termasuk yang cukup tinggi di dunia.

“Apakah bangsa Indonesia akan mengekspor TKI atau TKW ke negara lain, baru bisa hidup,” sebut Silaen.

Lalu apa namanya itu, kalau warga negeri ini berbondong- bondong jadi TKI atau TKW ke negara lain. Artinya bangsa ini berhasil menciptakan generasi penerus yang ‘pengemis dan peminta-minta’ akibat keserakahan dan egoisme pemimpin dan elit yang sedang berkuasa..

“Mudah- mudahan Allah SWT melakukan tindakan yang ekstra ordinary menghukum mereka-mereka yang serakah itu,” pungkas Silaen. (Indra)

Berita Terkait

Membongkar Dugaan Korupsi Alat Intelijen di Kejaksaan Agung
Keterpilihan Pimpinan KPK Gambaran Buruk Independensi Penegakan Hukum
Publik Meragukan Proyek Intelijen Kejagung
Dugaan Proyek “Dagelan” Intelijen di Kejaksaan Agung
Modus Proyek PL, Celah Oknum Petinggi Kejagung Untuk Korupsi
Miris…!!!, Kantor Pemenang Tender Ratusan Miliar Kejagung Tak Punya Karyawan
Netralitas Pemerintah Pada Pilkada 2024 di Jawa Tengah
LQ: Jangan Jadikan Drs. Hijanto Fanardy Menjadi Pengemis Keadilan
Berita ini 13 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 22 November 2024 - 09:03 WIB

Keterpilihan Pimpinan KPK Gambaran Buruk Independensi Penegakan Hukum

Jumat, 22 November 2024 - 08:33 WIB

Publik Meragukan Proyek Intelijen Kejagung

Kamis, 21 November 2024 - 09:55 WIB

Dugaan Proyek “Dagelan” Intelijen di Kejaksaan Agung

Rabu, 20 November 2024 - 08:16 WIB

Modus Proyek PL, Celah Oknum Petinggi Kejagung Untuk Korupsi

Selasa, 19 November 2024 - 08:03 WIB

Miris…!!!, Kantor Pemenang Tender Ratusan Miliar Kejagung Tak Punya Karyawan

Berita Terbaru

Duet Heri Koswara-Sholihin di Pilkada Kota Bekasi 2024

Seputar Bekasi

Diterpa Isue Miring Tak Pengaruhi Elektabilitas Heri Koswara-Sholihin

Sabtu, 23 Nov 2024 - 21:35 WIB

Foto: Heri Koswara & Sholihin

Seputar Bekasi

Jelang Pencoblosan, Elektabilitas Heri Koswara-Sholihin Terus Meroket

Sabtu, 23 Nov 2024 - 20:37 WIB

Foto: Saat Petugas Kepolisian Melakukan Olah TKP di Lokasi Kejadian di Depan Gedung PWI Bekasi Raya

Seputar Bekasi

Ini kata Terduga Pelaku Penganiaya Wartawan di Depan Gedung PWI Bekasi

Sabtu, 23 Nov 2024 - 14:49 WIB