Samuel F Silaen: Petugas Partai Vs Penyewa Partai, Mana Yang Lebih Baik?

- Jurnalis

Sabtu, 12 November 2022 - 11:09 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Samuel F Silaen

Samuel F Silaen

BERITA JAKARTA – Pertentangan antara petugas partai vs penyewa atau rental partai, kini menyeruak ditengah masyarakat umum. Terlebih lagi menjelang perhelatan pesta demokrasi Pemiulihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.

Kalimat yang dipakai soal istilah petugas partai itu di konsepsi-kan sesuatu yang negative, sehingga harus dijadikan sebagai bahan kampanye politik negatif bagi yang tak paham. Seolah-olah kata petugas partai jelek atau buruk?.

“Kalau kata saya, lebih berbahaya penyewa (rental) partai dari pada petugas partai,” terang Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (Laksamana), Samuel F Silaen saat berbincang dengan Matafakta,com, Sabtu (12/11/2022).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sebab, kata Silaen, petugas partai lebih punya moral dan tanggung jawab yang lebih besar ketimbang penyewa atau rental partai politik.

“Penyewa partai politik itu tidak punya beban tanggung-jawab kepada konstituen, karena hanya penyewa partai politik. Parpol-parpol rental dan orang yang rental inilah hal yang tidak baik untuk bangsa Indonesia,” ungkapnya.

Kenapa bisa begitu, sambung Silaen, karena partai politik yang suka menyewakan atau merentalkan partainya, tidak punya kader unggulan untuk didukung maju sebagai Eksekutif dan Legislatif dan seterusnya.

Baca Juga :  Kantor Pemenang Tender Proyek Kejagung Senilai Rp199,6 Miliar Ngumpet

“Ini problem partai politik yang hanya sebagai pe-rental untuk kaum berduit,” kritik Alumni Lemhanas Pemuda 2009 itu.

Beda halnya, lanjut Silaen, sebagai petugas partai politik yang merupakan kader militan yang sudah teruji secara sosiologis dan klinis serta mampu melakukan amanah bagi bangsa dan negara.

“Sesungguhnya, ini tugas partai politik yang menciptakan dan menyiapkan kader-kader yang terampil dan profesional untuk menjadi pelayan bagi seluruh rakyat Indonesia,” papar Silaen.

Jika partai politik “stempel” tukang rental maka orang yang rental akan cuci tangan apabila ada kegagalan dalam melakukan janji kampanye politiknya.

“Orang atau ngerental yang hanya pinter “ngemeng” alias olah tata kata-kata yang manutnya kepada pemilik rental. Istilahnya cukong atau bohir,” jelas mantan Tenaga Ahli Fraksi DPR RI Senayan itu.

Pemimpin seperti itu, lanjut Silaen lagi, bukan sebagai pelayan rakyat, tapi pelayan cukong. Jadi rakyat hanya dibutuhkan ketika kampanye politik tokh. Selesai terpilih maka janji tinggal janji alias abu nawas.

Baca Juga :  LQ: Jangan Jadikan Drs. Hijanto Fanardy Menjadi Pengemis Keadilan

“Inilah wataknya perpolitikan rental yang hanya mau untung guna mengembalikan biaya rental yang sudah dikeluarkan untuk membiayai kegiatan kampanye politiknya. Parpol yang miskin kader tentu saja akan menjadi parpol rental kepada siapapun yang berani bayar,” beber Silaen.

Silaen mengulas, kader yang dimaksud sebagai petugas partai politik itu karena merupakan kader keras alias tanaman keras partai politik yang sudah digembleng dari nol sampai menjadi something else matters. Itulah yang dimaksudkan sebagai petugas partai politik yakni kader siap pakai yang sudah teruji secara ideologis.

Apabila ada orang tambah Silaen yang me-ngenyek soal sosok figur petugas partai itu salah kaprah dan tidak mengerti maksudnya sebagai kader unggulan partai.

Naif apabila ada orang yang mengaku tokoh tapi miskin pemahaman tentang anggota (kader) partai politik yang sudah disiapkan untuk tugas- tugas negara sebagai sumber rekrutmen SDM yang berkualitas,” pungkas aktivis Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) itu. (Sofyan)

Berita Terkait

Membongkar Dugaan Korupsi Alat Intelijen di Kejaksaan Agung
Keterpilihan Pimpinan KPK Gambaran Buruk Independensi Penegakan Hukum
Publik Meragukan Proyek Intelijen Kejagung
Dugaan Proyek “Dagelan” Intelijen di Kejaksaan Agung
Modus Proyek PL, Celah Oknum Petinggi Kejagung Untuk Korupsi
Miris…!!!, Kantor Pemenang Tender Ratusan Miliar Kejagung Tak Punya Karyawan
Netralitas Pemerintah Pada Pilkada 2024 di Jawa Tengah
LQ: Jangan Jadikan Drs. Hijanto Fanardy Menjadi Pengemis Keadilan
Berita ini 4 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 22 November 2024 - 09:03 WIB

Keterpilihan Pimpinan KPK Gambaran Buruk Independensi Penegakan Hukum

Jumat, 22 November 2024 - 08:33 WIB

Publik Meragukan Proyek Intelijen Kejagung

Kamis, 21 November 2024 - 09:55 WIB

Dugaan Proyek “Dagelan” Intelijen di Kejaksaan Agung

Rabu, 20 November 2024 - 08:16 WIB

Modus Proyek PL, Celah Oknum Petinggi Kejagung Untuk Korupsi

Selasa, 19 November 2024 - 08:03 WIB

Miris…!!!, Kantor Pemenang Tender Ratusan Miliar Kejagung Tak Punya Karyawan

Berita Terbaru

Duet Heri Koswara-Sholihin di Pilkada Kota Bekasi 2024

Seputar Bekasi

Diterpa Isue Miring Tak Pengaruhi Elektabilitas Heri Koswara-Sholihin

Sabtu, 23 Nov 2024 - 21:35 WIB

Foto: Heri Koswara & Sholihin

Seputar Bekasi

Jelang Pencoblosan, Elektabilitas Heri Koswara-Sholihin Terus Meroket

Sabtu, 23 Nov 2024 - 20:37 WIB

Foto: Saat Petugas Kepolisian Melakukan Olah TKP di Lokasi Kejadian di Depan Gedung PWI Bekasi Raya

Seputar Bekasi

Ini kata Terduga Pelaku Penganiaya Wartawan di Depan Gedung PWI Bekasi

Sabtu, 23 Nov 2024 - 14:49 WIB