BERITA YOGYAKARTA – Perlu Kita ketahui bersama bahwa keris Indonesia telah diakui UNESCO sebagai Karya Agung Budaya Dunia pada tanggal 25 November 2005 yang kemudian terinskripsi dalam Representativ List Of Humanity UNESCO pada tahun 2009. Penilain Unesco tersebut, didasarkan pada aspek non bendawi yang melingkupi sebilah keris, meliputi aspek Sejarah, Tradisi, Seni, Falsafah, Simbolisme dan Mistik.
Aspek-aspek inilah yang menjadikan keris diakui sebagai Warisan Dunia Tak Benda dari Indonesia. Pengakuan keris oleh Unesco telah menjadikan perkembangan dunia perkerisan beserta budaya yang melingkupinya semakin pesat dan siknifikan. Hingga saat ini, beragam rencana aksi telah disusun dan dilaksanakan sebagai tindak lanjut pengakuan dari UNESCO.
Selain itu, pencak silat juga telah resmi masuk ke dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda UNESCO, pada hari Kamis 12 Desember 2020.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dengan adanya pengakuan tersebut, kedepan, Indonesia berkomitmen untuk senantiasa menjaga kelestarian pencak silat, diantaranya melalui pendidikan pencak silat yang tidak hanya fokus pada aspek olah raga bela diri, namun pencak silat juga akan ditetapkan sebagai bagian dari kurikulum seni dan budaya.
Untuk itu, persoalan pelestarian kedua asset budaya tersebut kedepan menjadi tanggung jawab kita bersama, baik pemerintah, akademisi, dunia usaha, komunitas, maupun perseorangan.
Terkait dengan upaya pelestarian keris dan pencak silat maka, Narwan Riyadi perwakilan pihak Forum Pelestari Pencak Silat Keris Indonesia atau FPPSKI Sekretariat Jakarta adakan agenda kunjungan ke kediaman Empu Ngadeni di Desa Grogol 2, RT05, Beji Harjo Karang Mojo, Wonosari, Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta.
Agenda kunjungan dari pihak FPPSKI tersebut terkait dengan upaya pengumpulan data untuk keperluan penyusunan modul pencak silat keris Indonesia.
Dalam agenda kunjungan tersebut pihak FPPSKI dibantu 3 siswi sekolah menegah, ketiga siswi tersebut diantaranya, Devi Amelia dan Desi Amelia Siswi dari SMK Negeri 1 Nglipar serta Andarini Sulistyawati Siswi dari SMA Negeri 1 Patuk.
Devi Amelia salah satu siswi SMK Negeri 1 Nglipar yang juga salah satu anggota dari Perguruan Pencak Silat Garuda Saka Gunugkidul menyampaikan dengan dilibatkannya dalam agenda tersebut sebagai salah satu tim pembantu dirinya banyak mendapat pengalaman.
Selain pengalaman cara bersosialisasi dengan masyarakat dirinya juga menjelaskan bahwa banyak hal-hal positif yang bisa dia dapatkan.
“Dengan dilibatkannya saya dalam agenda kunjungan FPPSKI kali ini saya merasa mendapatkan banyak pengalaman, dari pengalama cara bersosialisasi dengan masyarakat pengiat dan pelestari budaya saya juga mendpat banyak hal-hal positif selama saya terlibat di dalam tim tersebut, salah satunya adalah penambahan wawasan dibidang sejarah dan kebudayaan,” jelasnya.
Desi Amelia yang juga salah satu Siswi SMK Negeri 1 Nglipar serta salah satu anggota Perguruan Pencak Silat Garuda Saka memberikan pemaparan dengan terlibatnya di kegiatan kunjungan tersebut kedepan dirinya akan berupaya untuk membantu mensosialisasikan upaya pelestarian budaya khususnya keris dan pencak silat.
“Setelah kami merasakan langsung untuk terjun kelapangan dan menyaksikan langsung prose upaya pelestarian budaya dalam hal ini keris dan pencak silat yang dilakukan oleh tim FPPSKI kedepan saya akan berusaha membantu semampu saya, ya walaupun materi pengembangannya belum dapat saya pahami secara menyeluruh setidaknya saya dapat membantu dalam basis sosialisasi kebeberpa kalangan Milenial di daerah saya,” ungkapnya.
Karena, sambung Desi, tidak bisa kita pungkiri bahwa keterlibatan generasi milenial masakini dalam upaya pelestarian budaya khusuanya keris di era globalisasi dan moderenisasi seperti saat ini sangatlah jarang bisa kita dapati dari sisi keterlibatanya, untuk lebih efektifnya kedepan ya kami perlu belajar banyak hal tentang ilmu kebudayaan agar peran serta kami untuk terlibat dalam upaya pelestarian budaya dapat berjalan dengan baik.
Disisi lain Andarini Sulistyawati atau akrab disapa Rini salah satu Siswi SMA Negeri 1 Patuk menegaskan, bahwa baiknya memang para kalangan Milenial dapat lebih berperan aktif dalam membantu upaya pelestarian budaya, terlebih beberapa ased budaya bangsa Indonesia yang telah ditetapkan dan diakui oleh Pihak UNESCO Sebagai Warisan Budaya Takbenda.
“Semoga kedepan lebih banyak generasi Milenial yang dapat lebih berperan aktif untuk turut terlibat dalam aksi pelestarian budaya terlebih plestarian ased budaya bangsa kita yang sudah diakui dan ditetapkan oleh pihak UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda, karena tidak bisa kita pungkiri apabila hal pelestarian budaya asli bangsa kita tidak dijalankan secara kooperatif dengan keterlibatan seluruh kalangan khususnya para kalangan Milenial maka lambat laun kelestarian budaya di bangsa kita akan kian terkikis.
“Tentu apabila kelestarian budaya sudah terkikis maka hal tersebut akan berdampak terhadap lunturnya jatidiri generasi di bangsa kita. Belum lagi apabila kita membahas tentang peradaban sebuah bangsa karna didalam budaya pasti terkandung nilai-nilai sejarah dari peradaban sebuah bangsa, maka kalau sampai budaya tersebut hilang ya trima tidak trima generasi penerus kita bisa saja kehilangan sejarah bangsanya sendiri.
“Kalau hal tersebut tidak mau terjadi ya mari generasi Milenial bersama-sama berupaya sejak dini untuk terlibat langsung dalam upaya pelestarian budaya,” pungkas Rini Siswi SMA N 1 Patuk sekaligus Koordinator Satuan Latihan PPS Garuda Saka Gunungkidul ini. (Agus)