BERITA SEMARANG – Kawasan Industri Wijayakusuma (KIW) dukung rencana dan program Pemerintah dalam meningkatkan investasi di Indonesia dengan adanya Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB). Hal itu dikatakan, Ahmad Fauzie Nur, selaku Direktur Operasional PT. KIW kepada awak media di Semarang, Selasa (18/8/2020).
“Ini berkaitan dengan rencana Pemerintah seperti yang disampaikan Menteri BUMN, Erick Thohir pada tanggal 16 Agustus kemarin, bahwa Kawasan Industri baik di Batang maupun Subang-Majalengka untuk fokus dan konsentrasi dalam dua hal,” kata Fauzie.
Dia melanjutkan, dengan adanya pengembangan dua Kawasan industri tersebut, Pemerintah akan memprioritaskan pemindahan investasi dari luar negeri dengan dua tujuan, yaitu industri high technology dan memperbaiki rantai pasok (supply chain).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dikatakan bahwa didesain fungsi kawasan industri Batang dan Subang diprioritaskan untuk mengantisipasi dan responsif pemindahan investasi dari luar negeri diutamakan untuk high technology dan memperbaiki supply chain.
“Maka, KIW sebagai anggota konsorsium bersama PT. PP, PTPN 9 dan Pemerintah Kabupaten Batang, siap dukung rencana tersebut,” ujar Fauzie.
Menurutnya, pertimbangan ini sangat tepat dimana pandemi Covid-19 telah mengajarkan bahwa Indonesia memiliki dua kekuatan besar, yaitu market dan sumber daya alam. Namun, di sisi lain yaitu logistik dan inovasi juga harus diperkuat, karena sekaligus terhubung dengan supply chain dan ke depan harus mengurangi impor.
“Apalagi Indonesia harus merebut pasar, salah satunya berani bersaing dengan Vietnam untuk menarik para investor. Strateginya, harus mampu menekan biaya logistik yang diperlukan investor dimana relatif tinggi dibanding dengan Vietnam,” jelasnya.
“Sebagai gambaran, Vietnam disebutnya memiliki banyak perjanjian dagang. Saat ini Vitenam mengantongi 15 perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA), sehingga biaya ekspornya lebih efisien dan penetrasi pasarnya pun terbilang mudah dibanding Indonesia,” tambahnya.
Disamping itu, biaya logistik yang diperlukan investor relatif cukup tinggi. Rantai pasok (supply chain) manufaktur di dalam negeri terbatas, sehingga investor yang berkecimpung di industri manufaktur harus impor. Belum lagi terdapat pembatasan impor bahan baku. Ditambah lagi rumitnya perizinan dan registrasi produk masih menjadi kendala yang cukup menghambat.
“Negara-negara tetangga ternyata menawarkan waktu dua bulan untuk mengurus perpindahan izin. Hal-hal seperti inilah yang perlu dipangkas dengan harapan investor lebih tertarik. Fokus kawasan industri pada high-tech industry dan memperbaiki supply chain sangat sejalan dengan cita-cita untuk membangun sebuah kawasan industri yang memiliki nilai tambah tinggi (high value added),” imbuhnya.
Pertumbuhan kawasan industri ke depan harus dapat memfasilitasi industri manufaktur di Indonesia agar mampu menghasilkan produk barang yang berkualitas dan memenuhi standar internasional sekaligus mampu bersaing di pasar global.
“KIT Batang mengusung tema The Smart and Sustainable Industrial Estate siap melaksanakan dua fokus yang diarahkan oleh pemerintah high-tech industry dan supply chain,” pungkasnya. (Nining)