Nurhadi Dibekuk, IPW: Harusnya KPK di Apresiasi, Bukan di Adu Domba

- Jurnalis

Rabu, 3 Juni 2020 - 09:32 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Neta S Pane dan Bambang Widjojanto

Neta S Pane dan Bambang Widjojanto

BERITA JAKARTA – Mantan Komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Bambang Widjojanto, jangan bersikap post power syndrome, sehingga mengadu domba internal KPK dan mengadu domba antara KPK dan Polri, dengan pernyataan ngawurnya soal peran Novel Baswedan dalam penangkapan buronan Nurhadi. Hal tersebut, ditegaskan, Ketua Presidium Ind Police Watch (IPW), Neta S Pane.

“Bambang Widjojanto, mencoba membuat intrik dan politik belah bambu, dengan memuji – muji Novel Baswedan dalam penangkapan mantan Sekretaris MA Nurhadi. Seolah penangkapan itu, hasil kerja Novel pribadi,” kata Neta kepada Matafakta.com, Rabu (3/6/2020).

Padahal sambung Neta, IPW melihat, sejak Nurhadi buron, KPK sudah meminta bantuan Polri, untuk sama – sama memburu mantan Sekretaris MA tersebut. Hingga dipertengahan Februari 2019, Nurhadi terlacak keberadaannya sedang melakukan sholat duha di sebuah Masjid di Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Namun yang bersangkutan, Nurhadi, berhasil kabur saat hendak ditangkap. Sedikitnya, lima kali Nurhadi terpantau di lima Masjid, tapi tetap lolos dari penangkapan,” jelasnya.

Dikatakan Neta, berbagai informasi tentang Nurhadi disampaikan masyarakat ke KPK. Dari pantauan IPW, setiap informasi tentang keberadaan DPO dilacak KPK dengan serius. Bahkan semua info diikuti KPK dengan cermat. Hingga Senin malam lalu, Nurhadi berhasil ditangkap.

Baca Juga :  Ini Kata Alvin Lim Jawab Sindiran Hotman Soal Harta, Karir dan Reputasi

“Bagi KPK pimpinan Komjen Firli semua info yang masuk selalu diposisian sebagai sesuatu hal yang penting, sehigga dibahas bersama tim. Dalam hal ini, tidak ada individu yang dominan, apalagi merasa sok hebat sendiri,” sindir Neta.

Seperti keberadaan Nurhadi kemarin, KPK sudah mendapat info sejak Senin siang hari dan terdeteksi masuk ke rumah yang disewanya di Simpruk Jakarta Selatan pada sore hari dan malamnya dilakukan penggeledahan dengan melibatkan semua unit kerja di KPK.

“Termasuk, melibatkan satu regu anggota Polri berseragam dan lengkap dengan senjata laras panjang. Anggota Polri ikut mengawal jalannya penangkapan Nurhadi untuk mengantisipasi situasi. Sebab ada isu yang beredar bahwa selama ini, Nurhadi berlindung pada seorang oknum,” ungkap Neta.

Namun lanjut Neta, dalam penangkapan malam itu, IPW menilai, tim KPK dan Polri bekerja profesional dengan menjunjung tinggi kepastian hukum dan menghormati Hak Asasi Manusia (HAM).

“IPW berharap sinerji Tim KPK dan Polri ini bisa semakin mantap dan solid ke depan agar oknum – oknum yang melindungi DPO menjadi ciut nyali. Tidak seperti KPK di era sebelumnya yang cenderung mengabaikan keberadaan Polri dan merasa sok hebat sendiri,” sindir Neta lagi.

Baca Juga :  MAKI Himbau Presiden Prabowo  Soal Tata Kelola Keuangan yang Baik

Oleh karena itu, menjadi sangat aneh, jika mantan pimpinan KPK Bambang Widjajanto tiba – tiba memuji muji Novel Baswedan setinggi langit, dalam penangkapan Nurhadi. Seolah olah penangkapan itu, hasil kerja pribadinya Novel sendiri. Bambang seolah olah mimpi di siang bolong dengan post power syndromenya dan mencoba menciptakan pahlawan kesiangan.

IPW tambah Neta, memberi apresiasi atas solidnya kinerja Tim KPK dan Polri dalam penangkapan buronan Nurhadi. Dengan solidnya Tim KPK tidak ada lagi pahlawan kesiangan, tidak ada lagi figur yang merasa sok hebat sendiri dan tidak ada lagi perpecahan di tubuh KPK serta tidak ada lagi Polisi Taliban dan Polisi India di lembaga anti rasuha tersebut.

“Bambang yang sudah “di luar pagar” jangan lagi post power syndrome untuk menguasai dan merecoki KPK. Lebih baik Bambang Widjojanto bekerja profesional dalam mengurusi jabatannya sebagai Ketua Komite Pencegahan Korupsi di Pemprov DKI Jakarta, misalnya memantau dugaan korupsi di balik dana bansos atau banyaknya masalah di balik penyaluran Bansos di Jakarta, ketimbang post power syndrome terhadap KPK. Toh Bambang sudah digaji besar oleh Pemprov DKI Jakarta,” pungkasnya. (Indra)

BeritaEkspres Group

Berita Terkait

AKHERA Apresiasi Menteri Imipas Beri Remisi 15.807 Narapidana
Kantor PT. PSP Pemenang Tender Ratusan Miliar Alat Intelijen Mencurigakan
Hasto Ditetapkan Tersangka “Akankah Megawati Mendatangi KPK?”
Rekam Jejak Oknum PT. BNI Dalam Pusaran Korupsi di Indonesia
Wacana Pemberian Pengampunan Koruptor Dinilai Diskriminatif
MAKI Himbau Presiden Prabowo  Soal Tata Kelola Keuangan yang Baik
Alvin Lim Imbau Dinsos Tutup Yayasan Milik Novi Pratiwi
MAKI Mencurigai Ada “Sesuatu” Dalam Rencana Pengampunan Koruptor
Berita ini 3 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 26 Desember 2024 - 21:19 WIB

AKHERA Apresiasi Menteri Imipas Beri Remisi 15.807 Narapidana

Selasa, 24 Desember 2024 - 13:16 WIB

Hasto Ditetapkan Tersangka “Akankah Megawati Mendatangi KPK?”

Senin, 23 Desember 2024 - 16:39 WIB

Rekam Jejak Oknum PT. BNI Dalam Pusaran Korupsi di Indonesia

Minggu, 22 Desember 2024 - 23:10 WIB

Wacana Pemberian Pengampunan Koruptor Dinilai Diskriminatif

Minggu, 22 Desember 2024 - 22:06 WIB

MAKI Himbau Presiden Prabowo  Soal Tata Kelola Keuangan yang Baik

Berita Terbaru

Narapidana

Berita Utama

AKHERA Apresiasi Menteri Imipas Beri Remisi 15.807 Narapidana

Kamis, 26 Des 2024 - 21:19 WIB

Keterangan: Foto diambil dari Media Online Gowatallonews.com

Seputar Bekasi

FKMPB Menyindir, Bukan Desa Sumberjaya Kalau Tidak Ramai Persoalan

Kamis, 26 Des 2024 - 12:09 WIB

Surat FKMPB

Seputar Bekasi

Soal Polemik Desa Sumberjaya, FKMPB Kembali Layangkan Surat ke DPMD

Kamis, 26 Des 2024 - 11:10 WIB

Ilustrasi

Berita Ekonomi

Ekonomi Lesu di 2025? Ada Berkah Terselubung

Rabu, 25 Des 2024 - 08:32 WIB