BERITA JAKARTA – Dalam momentum 100 tahun kelahiran Presiden ke-2 RI HM. Soeharto pada 2021 ini, sebuah buku yang membahas banyak hal terkait legasi (warisan) Pak Harto dengan judul “Legasi Pak Harto” karya Mahpudi MT akan di-launching dalam rangkaian International Indonesia Book Fair di JCC Senayan Jakarta pada 11 Desember 2021, Jumat (11/12/2021).
Siaran Pers Panitia Bedah Buku Legasi Pak Harto menyebutkan, puluhan peserta akan mengikuti launching buku tersebut secara offline dengan protokol kesehatan ketat. Acara itu juga akan diikuti secara online oleh sejumlah elemen masyarakat dan sivitas akademika di beberapa wilayah via channel YouTube Gatra TV.
Disebutkan pula, selain akan dihadiri Mahpudi MT sebagai penulis sekaligus narasumber utama, launching buku tersebut juga akan disaksikan oleh beberapa akademisi dan pihak terkait.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kemudian buku tersebut akan dibahas secara intensif oleh Effendi Gazali (Pakar Komunikasi), Anthony Budiawan (Pakar Ekonomi lulusan Universitas Erasmus Belanda) dan Haryo Putra Nugroho Wibowo (Cicit Pak Harto sekaligus Chairman Perusahaan Hatra Group).
Dalam acara bedah buku itu Effendi Gazali akan lebih menyoroti Algoritma Komunikasi yang berkembang dari berbagai literasi tentang Pak Harto. Sedangkan Haryo Putra Wibowo akan banyak menyampaikan pengalaman pribadi sebagai cicit Pak Harto yang sedikit banyak telah berdialog dan menimba ilmu dari kakeknya itu.
Di sisi lain, ekonom Indonesia Anthony Budiawan akan lebih membuat tinjauan dialektis atas situasi ekonomi di masa Presiden Soeharto, dibandingkan dengan situasi ekonomi aktual di masa Presiden Jokowi saat ini.
Dalam beberapa kurun terakhir, Anthony Budiawan banyak memberikan catatan kritis di media, khususnya pembahasan mengenai situasi ekonomi politik pasca mundurnya Presiden Soeharto.
Sebagai buku paling mutakhir yang membahas tentang Pak Harto, buku Legasi Pak Harto karya Mahpudi MT itu lebih melihat warisan Pak Harto dengan perspektif yang unik dan samasekali berbeda.
Penulis mengungkapkan warisan Pak Harto dalam wujud beberapa prasasti yang ditandatangani Pak Harto. Kemudian hampir seribu, persisnya sebanyak 999 bangunan masjid serta Mushaf Al-Quran, buku, prangko, berbagai naskah pidato, dan beberapa yayasan. Buku yang diterbitkan oleh Yayasan Harapan Kita itu ditulis dengan bahasa yang ringan, namun sangat kaya dengan data.
Disebutkan pula, pada 2019 lalu warisan immaterial dari Presiden Soeharto berupa kebijakan tentang SD Inpres pada 1970-an telah mengantarkan seorang ekonom dunia warga negara Amerika bernama Esther Duflo meraih Nobel Ekonomi.
Hingga periode 1993/1994 tercatat hampir 150 ribu unit SD Inpres telah dibangun. Seiring dengan itu, ditempatkan pula lebih dari satu juta guru Inpres di sekolah-sekolah tersebut.
Total dana yang dikeluarkan untuk program itu, hingga akhir Pembangunan Jangka Panjang Tahap (PJPT) I mencapai hampir Rp6,5 triliun. Berkat adanya program tersebut Pak Harto mendapatkan penghargaan Medali Emas “Unesco Avicenna” (bidang pendidikan) pada 1993.
Selain bedah buku Legasi Pak Harto, International Indonesia Book Fair juga menggelar stand khusus berbagai buku tentang Pak Harto bertajuk “All About Soeharto”, baik dalam bentuk buku cetak maupun buku digital.
Pameran buku khusus “All About Soeharto” itu diharapkan bisa menumbuhkan penerus-penerus Esther Duflo dan Anthony Budiawan yang memiliki fokus perhatian riset tentang legasi Pak Harto.
Selain itu, pameran All About Soeharto juga diharapkan semakin menumbuhkan semangat literasi di Indonesia, tidak terkecuali semangat literasi tentang berbagai warisan Pak Harto selaku Presiden ke-2 RI. (Indra)